kesehatan anak, Psikologi anak, Ebook Kedokteran,

Rabu, 12 Agustus 2009

KONSTIPASI


BATASAN
Keluarnya tinja yang sulit, keras, tidak basah dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya atau frekwensi buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau.

PATOFISIOLOGI
Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat terjadi pada kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran (functional outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.
Konstipasi pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum. Berak yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak. Pada masa bayi dan anak, konstipasi kronik  dapat disebabkan lesi anatomis, masalah neurologis, disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat farmakologis, faktor metabolik atau endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasanya berawal dari kurangnya makanan berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas.

GEJALA KLINIK
Selain konstipasi sendiri, juga dapat ditemukan gejala klinis lain :
-          anoreksia ringan
-          tenesmus
-          flatus berlebihan
-          nyeri perut
-          bercak garis darah yang menempel pada tinja sebagai akibat fisura ani
-          prolaps rekti
-          masa tinja pada abdomen bagian bawah
-          rembesan tinja pada celana dalam (soiling)
           
CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS
Diagnosis konstipasi fungsional ditegakkan apabila dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi tidak dapat ditemukan penyebab organik dari konstipasi yang terjadi.

DIAGNOSA BANDING
-          Penyakit Hirschprung
-          Hipotiroid
-          Ileus

PENATALAKSANAAN
Penanganan umum :
a.       Manipulasi diet
Dengan menambahkan cairan dan banyak memberikan makanan berseratt, serta dicari apakah makanan/minuman yang tlah diterima anak mengandung bahan yang dapat menimbulkan konstipasi
b.      Pemberian obatan-obatan yang meliputi 3 tahapan yaitu :
-          Tahap Pertama untuk meniadakan pemampatan tinja (disimpaction)
      Laktulosa 5-15 ml sekali sehari atau dengan enema fosfat hipertonik 3 ml/kg, diberikan 4-6 minggu.
-          Tahap kedua untuk mencegah penumpukan tinja kembali, dengan diberikan laksan yang bersifat stimulan atau osmotik seperti laktulosa. Tahap kedua ini dilakukan selama 3 bulan.
-          Tahap ketiga untuk menciptakan pergerakan intestinal yang teratur, dengan toilet training.  Refleks gastrokolikdiharapkan timbul bila anak didudukkan di atas jamban (toilet) selama 5-15 menit sesudah anak mendapat makanan (biasanya makanan pagi).

DAFTAR PUSTAKA
1.      Borowitz SM, Cox DJ, Tam A, Ritter band LM Sutphem JL, Penberthy JK. Precipitant of constipation during early childhood. The Journal of the American Board of Family Practice, 2003; 16 : 213-218.
2.      Buller HA, Heymans HSA. Diagnosis and treatment of constipation. Nutricia Scientific Workshop, Surabaya 1997.
3.      Cleghorn G. How to investigate the child with constipation. Medical progress 1999; 26 (7) : 33-35.
4.      American Academy of Family Physicians http://familydoctor.org/222.xml
5.      Croffie, J. M. and J. F. Firzgerald (2004). Idiopathic constipation. Pediatric Gastrointestinal Disease. Walker, Goulet, Kleinman.et al. Ontario, BC Decker Inc. 1 : 1000-1012.
6.      Michel, R. (1999). "Toilet training." Pediatric 20 : 240-245.
7.      Hanna, A. A. and A. M. Lake (1999). "Constipation and encopresis in childhood." Pediatric 19 : 23-31.
8.      Baucke, V. L., E. Miele, et al. (2004). "Fiber  (Glucomannan) is beneficial in the treatment of childhood constipation" Pediatric 113 : 259-264.

0 komentar:

EBOOK GRATIS

”buku ”buku ”buku ”diagnosis ”buku

Entri Populer

Arsip Blog