Prevalensi serta Faktor Risiko Inkontinensia Urin pada Wanita Obes dan Berat Badan Berlebih dengan Diabetes
07 August 2009,(perkeni)
Inkontinensia urin merupakan suatu kondisi dengan prevalensi tinggi yang mempengaruhi sekitar 50% wanita usia tua dan usia pertengahan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh stres psikologis dan isolasi sosial serta dapat mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu kelompok yang berisiko tinggi terhadap kejadian inkontinensia urin adalah wanita dengan diabetes tipe 2. Tujuan studi ini dilakukan adalah untuk menentukan prevalensi serta faktor risiko inkontinensia urin di antara wanita obes dan berat badan berlebih dengan diabetes tipe 2 pada kelompok ras yang berbeda.
Percobaan klinis acak tersebut melibatkan 2994 wanita obes atau berat badan berlebih dengan diabetes tipe 2. Analisis cross-sectional pun dilakukan terhadap data dasar dari Action for Health in Diabetes (Look AHEAD).
Dari studi didapatkan hasil bahwa inkontinensia mingguan (27%) lebih banyak dilaporkan daripada komplikasi lain yang berhubungan dengan diabetes, termasuk retinopati (7,5%), mikroalbuminuria (2,2%), dan neuropati (1,5%). Prevalensi inkontinensia mingguan paling tinggi pada ras kulit putih non-Hispanic (32%) dan paling rendah pada penduduk Amerika Afrika (18%) serta Asia (12%) dengan p<0,001. Wanita Asia dan Amerika Afrika memiliki OR yang lebih rendah terhadap inkontinensia mingguan jika dibandingkan dengan wanita kulit putih non-Hispanic (berturut-turut sebesar 75% dan 55% lebih rendah; p<0,001). Hasil studi yang lain adalah wanita dengan IMT ≥35 kg/m2 memiliki OR yang lebih tinggi terhadap keseluruhan inkontinensia dan inkontinensia stres (55-85% lebih tinggi; p<0,03) dibandingkan dengan wanita yang tidak obes. Faktor risiko untuk seluruh inkontinensia, seperti inkontinensia stres dan urgensi, meliputi histerektomi sebelumnya (meningkatkan risiko sebesar 40-80%; p<0,01) dan infeksi saluran kemih pada tahun sebelumnya (meningkatkan risiko sebesar 55-90%; p<0,001).
Kesimpulan studi ini adalah di antara wanita diabetes tipe 2 dengan berat badan berlebih dan obes, inkontinensia urin memiliki prevalensi yang tinggi dan jauh melebihi prevalensi komplikasi diabetes yang lain. Perbedaan ras/etnik terhadap prevalensi inkontinensia adalah sama pada wanita tanpa diabetes, mempengaruhi ras kulit putih non-Hispanic lebih banyak daripada wanita Asia dan Amerika Afrika. Peningkatan oesitas (IMT ≥35 kg/m2) merupakan faktor risiko paling kuat untuk seluruh inkontinensia serta inkontinensia stres pada studi kohort ini
Dari studi didapatkan hasil bahwa inkontinensia mingguan (27%) lebih banyak dilaporkan daripada komplikasi lain yang berhubungan dengan diabetes, termasuk retinopati (7,5%), mikroalbuminuria (2,2%), dan neuropati (1,5%). Prevalensi inkontinensia mingguan paling tinggi pada ras kulit putih non-Hispanic (32%) dan paling rendah pada penduduk Amerika Afrika (18%) serta Asia (12%) dengan p<0,001. Wanita Asia dan Amerika Afrika memiliki OR yang lebih rendah terhadap inkontinensia mingguan jika dibandingkan dengan wanita kulit putih non-Hispanic (berturut-turut sebesar 75% dan 55% lebih rendah; p<0,001). Hasil studi yang lain adalah wanita dengan IMT ≥35 kg/m2 memiliki OR yang lebih tinggi terhadap keseluruhan inkontinensia dan inkontinensia stres (55-85% lebih tinggi; p<0,03) dibandingkan dengan wanita yang tidak obes. Faktor risiko untuk seluruh inkontinensia, seperti inkontinensia stres dan urgensi, meliputi histerektomi sebelumnya (meningkatkan risiko sebesar 40-80%; p<0,01) dan infeksi saluran kemih pada tahun sebelumnya (meningkatkan risiko sebesar 55-90%; p<0,001).
Kesimpulan studi ini adalah di antara wanita diabetes tipe 2 dengan berat badan berlebih dan obes, inkontinensia urin memiliki prevalensi yang tinggi dan jauh melebihi prevalensi komplikasi diabetes yang lain. Perbedaan ras/etnik terhadap prevalensi inkontinensia adalah sama pada wanita tanpa diabetes, mempengaruhi ras kulit putih non-Hispanic lebih banyak daripada wanita Asia dan Amerika Afrika. Peningkatan oesitas (IMT ≥35 kg/m2) merupakan faktor risiko paling kuat untuk seluruh inkontinensia serta inkontinensia stres pada studi kohort ini
0 komentar:
Posting Komentar