kesehatan anak, Psikologi anak, Ebook Kedokteran,

Rabu, 07 April 2010

SISTEM PENCERNAAN

Alat Pencernaan dibagi atas:

I. Alat-alat khusus jalan makanan

1. Rongga mulut: didalamnya terdapat palantum, pipi dan bibir, lidah gigi, kelenjar ludah
2. Tekak (faring)
3. Esofagus (kerongkongan)
4. Lambung (gaster)
5. Doudenum (usus halus)
6. Yeyenum
7. Ileum
8. Colon
- Aseden (nauk)
- Transversum (horizontal)
- Desenden (menurun)
9. Rektum



II. Alat-alat yang membentu pencernaan

1. Kelenjar-kelenjar ludah (glandula saliva)
a. Kelenjar Parotis
b. Kenjar sublinguinalis
c. Kelenjar submandibularis
2. Hati
3. Kelenjar ludah (pancreas)


A. Rongga Mulut
Rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Fungsi rongga mulut:
1. Memberi makan
2. Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
3. Untuk berbicara
4. Bila perlu. Digunakan untuk bernafas.
Rongga mulut (cavum oris) dibantu oleh:
a. Sebelah atas: Pallantum durum dan pallantum mole
b. Sebelah bawah: oleh otot2 yang membentuk lidah, kecuali itu juga os mandibula
c. Sebelah depan dan samping: oleh gigi, bibir dan juga pipi
d. Sebelah belakang: Sebetulnya telah dibatasi, karena ada lubangnya yang disebut:
Isthmus faucium yang menghubungkan rongga mulut dan tekak (faring). Dinding rongga mulut disebelah dalam dilapisi oleh selaput lender. Dibawah selaput lender ini terdapat jaringan ikat, misalnya pada bagian pipi, bibir, pallantum mole. Dibawah selaput lender terdapat banyak kelenjar2 yang mengeluarkan lender yang penting artinya begi pencernaan makanan.
Didalam rongga mulut tsb terdapat:
1. Pipi dan bibir
Mengandung otot2 yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara disebelah luar, pipi, dan bibir diselimuti oleh kulit.

2. Lidah
Lidah mengandung 2 jenis otot, yaitu:
a. Otot Ekstrinsik yang berorigo diluar lidah, insersi dilidah
b. Otot instrinsik yang berorigo dan insersi didalam lidah
Fungsi Lidah:
a. Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
b. Mencampur makanan dengan ludah
c. Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d. Untuk berbicara
e. Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f. Untuk merasakan dingin dan panas.
2. Gigi
Gigi dibedakan menjadi 4 macam:
1. Gigi seri (Dens Incisivus) terdapat 8 buah
2. Gigi seri (Dens Caninus) terdapat 4 buah
3. Gigi Geraham depan (Dens Premolaris)
- Dens Premolaris I berjumlah 4 buah
- Dens Premolaris II berjumlah 4 buah
4. Gigi Geraham belakang (Dens Molaris)
- Dens Molaris I berjumlah 4 buah
- Dens Molaris II berjumlah 4 buah
- Dens Molaris III berjumlah 4 buah
Terdapat dua kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu dan gigi tetap terdapat 20 biji gigi sulung, 10 pd setiap rahang, gigi tetap 30 buah, 16 buah pada setiap rahang.
Bagian-bagian gigi :
- Akar gigi : Bagian yang tertanam didalam rahang
- Mahkota gigi : Bagian gigi yg tampak diluar rahang
- Leher gigi : Bagian gigi diantara puncak gigi aiakar gigi.
4. Kelenjar Ludah
Terdapat tiga kelenjar ludah yang menghasilkan air ludah, yaitu:
1. Kelenjar Parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot pengunyah dengan kulit pipih. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %.
2. Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
3. Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari kelenjar subinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %





Selaput lender rongga mulut mengandung kelenjar kecil lainnya disebut kelenjar bukal. Semua kelenjar diatas menghasilkan air ludah (saliva) untuk membasahi rongga mulut dan makanan. Kira2 1 liter saliva yang disekresikan setiap hari. Lebih dari 99% saliva terdiri dari air, sisanya garam, urea, lender, bikarbonat, lisozim (enzim penghancur bakteri, dan amylase, ptyalin)
Saliva yang ditelan akan diabsorpsi kembali, seseorang yang kekurangan air didalam tubuh akan mengurangi sekresi air ludah sehingga rongga mulut mongering dan akan terasa haus.
Ada 2 jenis pencernaan didalam rongga mulut:
a. Pencernaan mekanik, yaitu pengunyahan dengan gigi, pergerakan otot2 lidah, dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sehingga terbentuklah suatu bolus yang bulat untuk ditelan.
b. Pencernaan kimiawi yaitu pemecahan zat pati (amilum) oleh pthialin (suatu amylase) menjadi maltosa. Suatu bukti ialah bila kita mengunyah nasi (zat pati), lama-kelamaan akan sedikit terasa manis. Pthialin bekerja didalam rongga mulut (PH 6,3-6,8) dan masih bekerja didalam lambung untuk mencernakan zat pati kira2 15 menit sampai asam lambung menurunan pH sehingga pthialin tidak bekerja lagi.

B. Esophagus
Esophagus adalah yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung, yg letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang +- 20-25 cm dan lebar 2 cm.

Fungsi dari esophagus adalah:
1 Menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung.
2 Tiap2 ujung esophagus dilindungi oleh suatu sphingter yang berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.
3 Dinding esophagus terdiri atas beberapa bagian.
a. Lapisan Mukosa, terletak dibagian dalam yang dibentuk oleh epitel berlapis gepeng dan diteruskan kefaring dibagian atas serta mengalami perubahan yang mencolok pada perbatasan esophagus lambung menjadi epitel selapis toraks pada lambung.
b. Lapisan Submukusa, mengandung sel2 sekretoris yang menghasilkan mucus untuk mempermudah jalannya makanan waktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera pencernaan kimiawi.
c. Lapisan otot, terdiri dari dua lapisan serabut otot yang satu berjalan longitudinal, dan lainnya sirkulasi.
Mekanisme menelan dilakukan setelah mengunyah:
1. Gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipu dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring.
2. Setelah makanan masuk kedalam faring maka fallantum lunak naik untuk menutup nares posterior, glottis menutup oleh kontraksi otot2 dan otot kontrikstor faring menangkap makanan dan pada saat ini pernapasan berhenti. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerakan refleks.
3. Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltic yang menghantarkan bola makanan ke lambung.
Mukosa esophagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.
Fungsi dari lambung:
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :
- Pepsi, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone)
- Asam garam (HCl), fungsinya mengasamkan makanan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin.
- Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan dari karsinogen (karsinogen dan protein susu)
- Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang marangsang sekresi getah lambung.
Pencernaan Mekanis pada lambung:
Pencernaan mekanis disebabkan oleh otot2 dinding lambung terdiri atas otot polos yang terbentuk memanjang, melingkar, dan serong. Kontraksi otot lambung tsb mengakibatkan bolus yang masuk kedalam lambung diaduk dan diremas-remas sehingga menjadi lembut.
Pencernaan Kimiawi pada lambung
Kelenjar lambung mengeluarkan secret yaitu cairan penting, getah lambung, getah ini adalah cairan asam bening tak berwarna mengandung 0,4 % asam klorida (HCl), yang mengsamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptic dan desinfektan membuat banyak mikroorganisme yang ikut masuk bersama makanan, tidak berbahaya dan menyediakan lingkungan untuk pencernaan makanan protein.


Enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung:
a. Pepsin yang bersumber dari shief sell lambung yang memecahkan protein menghasilkan proteosa, peptone dengan pH optimal 1,5-2,5 dengan volume sekresi 2-4 liter/hari.
b. Lambung lipase, bersumber dari lambung yg memecahkan lemak dengan menghasilkan asam lemak gliserida.

D. Usus Halus
adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah ini lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki), diameternya kecil yaitu 2,5 cm/1 inci. Bergulung didalam rongga abdomen dan terlentang dari lambung sampai usus besar.


Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. Duedenum (20 cm/8 inci)
- Duodenum disebut jga usus dua belas jari
- Bagian pertama usus halus yang terbentuk sepatu kuda.
- Bermuara dua saluran : saluran getah pancreas dan saluran empedu


2. Jejenum (2,5 m / 8 kaki)
-Disebut juga usus kosong
- Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus yang selebihnya
- Terjadi pencernaan secara kimiawi
- Pencernaan diselesaikan
- Menghasilkan enzim pencernaan

3. Ileum (3,6 m/12 kaki)
- Ileum disebut juga usus penyerapan
- Menempati 3/5 akhir
- Penyerapan sari-sari makanan

Dinding usus halus:
1. Dinding lapisan luar
Membran Serosa, lapisan yang membalut usus dengan erat.
2. Dinding Lapisan berotot
- Dua lapisan serabut
- Lapisan luar serabut longitudinal
- Lapisan dalam serabut sirkuler
- Diantara lapisan terdapat pembuluh darah dan limfa
3. Dinding Sub Mukosa
- Jaringan Areolar
- Fleksus saraf, fleksus Meisser
.4. Dinding Mukosa Dalam
- Seperti jala, menambah luasnya permukan sekresi dan penyerapan
- Banyak lapisan lieber kuhn. Kelenjar sederhana yg diselimuti epithelium silindris


Getah Usus Halus
Yang menyempurnakan pencernaan :
- Enterikinase :menggiatkan enzim proteolitik yang berasal dari getah pancreas
- Erepsin : Menyempurnakan protein yang telah diubah yaitu polipeptida dijadikan sebagai asam amino.
Fungsi Usus Halus
Mencerna dan menyerap “khime” dari lambung. Digerakkan oleh serangkaian gerakan peristaltic yang cepat, ada juga gerakan segmental.

E. Usus Besar
Usus besar terdiri dari
- Colon, yang membentuk sebagian usus besar, tidak bergulung-gulung seperti usus halus. Terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Colon terdiri dari tiga, yaitu:
1. Asenden 2. Transversum 3. Desenden
Bagian akhir dari colon desenden terbentuk huruf S, yaitu colon sigmoid.
- Sekum, membentuk kantung buntu dibawah taut antara usus halus dan usus besar dikantup ileasekum.
- Apendiks, tonjolan kecil mirip jari didasar sekum (jaringan lymphoid yang mengandung limposit)
-Rektum, berbentuk lurus (anus).


Fungsi utama usus halus:
1. Untuk menyimpan bahan sebelum defekasi
2. Selulosa dan bahan2 lain dalam makanan yg tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan volume isis colon.
Mekanisme Usus Besar
Sewakrtu makanan masuk kelambung, terjadi gerakan masa dikolon yang terutama disebabkan oleh refleks gastro colon, yg diperantai oleh gastrin dari lambung kekolon oleh saraf otonom eksentrik. Refleks gastro colon mendorong isi colon kedalam rectum dan memicu refleks defekasi.
Feses dikeluarkan oleh refleks defekasi
Sewaktu gerakan massa dikolon mendorong isi kolon kedalam rectum dan terjadi peregangan kemudian merangsang reseptor regang didinding rectum dan ememicu refleks defekasi. Refleks ini disebabkan oleh spingter anus internus (yg terdiri otot polos) untuk melemas dan rectum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila spingter anus ekaternus (otot rangka) untuk melemas, terjadi defekasi. Dan dibantu oleh gerakan mengejan volunteer yang melibatkan kontraksi simultan otot2 abdomen dan ekspirasi paksa dengan glottis tertutup. Manuver ini menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen yg membantu pengeluaran feses.
Sekresi Usus besar bersifat Protektif Alami
Sekresi kolon terdiri dari larutan alkalis (HCO3) yg berfungsi adalah untuk melindungi mukosa usus besar dari cidera kimia dan mekanis. Untuk memudahkan feses lewat (sebagian pelumas).
Usus Besar Menyerap Garam dan Air, mengubah isi lumen menjadi feses
Sebagian penyerapan terjadi diusus besar/colon. Colon dalam keadaan normal menyerap sebagian garam dan H2O terbentuk zat yang paling aktif dicerna, Cl- mengikuti secara pasif penurunan gradient listrik. H2O terberntuk masa feses yang padat. Produk2 sisa utama yg disekresikan di feses adalah bilirubin.
Transpor Normal zat2 oleh usus Halus dan tempat Penyerapan Sekresi Maksimum.
Gas Didalam Usus dan diserap atau dikeluarkan anus bukan bahan feses tetapi gas/platus yg berasal
1. Udara yg tertelan sebanyak 500 udara dapat tertelan selam makan.
2. Gas yg dihasilkan dari fermentasi bakteri dikolon. Adanya gas yg tersaring melalui isi lumen menimbulkan suara yg disebut borborigmi. Keluarnya udara dengan kecepatan tinggi menyebabkan tepi2 lubang anus bergetar, menimbulkan suara bernada rendah yg khas menyertai keluarnya gas.
Perjalanan Makanan di Usus Besar
Ileum mengabsorsi air apendiks diendapan selama 4 jam di caecum diendapkan di asenden (gerakan naik) selama 7-8 jam 6-18 jm colon transversum (gerakan lurus) 9-20 jam colon desenden selama 12-24 jam colon sgmoid rectum.
Dicaecum terjadi reabsorpsi selama 4-12 jam kemudian ada bakteri yang membusukkan makanan yang memfermentasi.
F. Rektum dan Anus
Rektu, terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor (usus besar) dengan anus. Terletak dalam rongga pelvis didepan osakrum dan askoksigis. Panjang 10 cm terbawah dari usus tebal.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Anus ini terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga spinter, yaitu:
1. Spinter Ani Internus yang bekerja tidak menurut kehendak
2. Spinter Levator Ani yang bekerja tidak menurut kehendak
3. Spinter Ani Eksternus yang bekerja bekerja menurut kehendak



G. Pankreas
- Pankreas memiliki panjang 15 cm

- Campuran jaringan eksokrin dan endokrin
- Kelenjar memanjang yang terletak dibelakang dan dibawah, diatas lengkung pertama duodenum.
- Eksokrin : sel sekretorik seperti anggur yg membentuk kantung2 atau asinus, berhubungan yg akhirnya bermuara ke duodenum.
- Endokrin : pulau2 jaringan endokrin terisolasi, pulau2 langerhands
(insulin dan glukosa).


Pankreas Eksokrin
- Mengeluarkan getah pankrea
- Terdiri dari dua komponen, yaitu:
a. Sekresi enzimatik
b. Sekresi Alkali encer (NaHCO3)
- Disekresikan oleh sel asinus
- Enzim yg ada pada pancreas adalah:
a. Proteolitik : untuk pemcernaan protein
b. Amilase : untuk pencernaan Karbohidrat
c. Lipase : untuk pencernaan lemak

Sekresi Pankreas Diatur secara Hormonal Untuk Mempertahankan Netralitas Isi Duodenum.
- Sekresi pancreas terutama diatur oleh hormon
- Stimulasi utama u/ sekresi pancreas terjadi selama pase usus pencernaan
pada saat kimus berada didalam usus halus
- Adanya stimulasi memicu pengeluaran sekretin dan diangkut darah kepankreas untuk merangsang sel2 dutus meningkatkan sekresi cairan NaHCO3 kedalam duodenum. Mekanisme ini merupakan system control untuk mempertahankan netralitas kimus di usus.

H. Hati (hepar)
Hati merupakan organ terbesar dari system pencernaan yg ada dalam tubuh manusia. Berwarna coklat, sangat vaskuler lunak. Beratnya sekitar 1300-1500 gram. Didalam hati terdiri dari lobulus2 yg banyak sekitar 50.000-100.000 buah. Lobulus yg berbentuk segienam, setiap lobulus terdiri dari jajaran sel hati (hematosit) seperti jari2 roda melingkari suatu vena sentralis diantara sel hati terdapat sinusinoid yg pada dindingnya terdapat makrofag yang disebut sel kuffer yg dapat memfagosit sel2 darah yg rusak dan bekteri. Hematosit menyerap nutrient, oksigen dan racun dari darah sinusoid. Didalam hematosit zat racun akan didektosifikasi. DIantaranya hematosit terdapat saluran empedu . Kanalikuli2 akan bergabung menjadi duktus hepatikus, yg bercabang menjadi dua, satu menuju kandung empedu yang disebut duktus sitikus, yg kedua duktus koleodokus akan bergabung dengan duktus wirsungi dari pancreas menuju duodenum.
Fungsi Hati
1. Menghasilkan empedu
2. Empedu terdiri dari:
- Garam empedu (Na+,K+, asam empedu)
- Pigmen empedu : Bilirubin dan Biliverdin, keduanya merupakan pemecahan dari hemoglobin. Pigmen emprdu menyebabkan empedu berwaena kuning keemasan.
Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan & absorbsi lemak . Kenapa begitu? karena adanya asam empedu.
1. Asam empedu membantu mengekulsikan partikel2 lemak yg besar dalam makanan kedalam bentuk partikel2 lemak.
2. Membantu transport dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membrane mukosa interstinal.
Empedu disekresikan dalam dua tahap oleh hati:
1. Bagian awal disekresikan oleh sel2 hepatosit hati mengandung sejumlaj besar asam empedu, kolestrol, kemudian disekresikan kedalam kanalikuli biliaris kecil yg letaknya diantara sel2 hati didalam lempeng hepatica.
2. Kemudian empedu mengalir ke prifer menuju septa inter lobularis tempat kanalikuli mengosongkan empedu kedalam duktus biliaris terminal dan mencapai duktus hepatikus dan duktus dupdenum melalui duktus astiks kedalam kandung empedu.


1. Garam Empedu
Garam empedu adalah stimulus untuk meningkatkan sekresi empedu. Sekresi empedu dapat ditingkatkan melalui mekanisme kimiawi, humoral, dan saraf.
- Mekanisme Kimiawi (garam empedu)
Setiap bahan yg meningkatkan sekresi empedu oleh hati disebut koleretik yg paling kuat adalah garam empedu itu sendiri. Diantarawaktu makan empedu dikosongkan dari kantung empedu tetapi selama makan empedu dikosongkan dari kantung empedu untuk dialirkan keduodenum. Sewaktu kantung empedu berkontraksi setelah berpartisipasi dalam penyerapan dan pencernaan lemak, garam2 empedu diabsorpsikan dan dikembalikan oleh sirkulasi enterohepatik ke hati. Dengan demikian, selama makam sewaktu garam empedu dibutuhkan dan sedang dipakai, sekresi empedu oleh hati dipacu.
- Mekanisme Humoral )sekretin)
Mekanisme sekresi NaHCO3 encer oleh pancreas, sekretin juga merangsang sekresi empedu alkalis encer oleh duktus hati tanpa disertai peningkatan garam empedu.
- Mekanisme saraf (saraf vagus cranial ke-10)
Stimulus thd sarf vagus hati hanya sedikit berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan. Mekanisme saraf meningkatkan aliran empedu hati sebelum makanan mencapai lambung usus.
2. Metabolisme Karbohidrat]
- Glikolisis : Pembentukan glukosa menjadi glikogen
- Glikogenolisis : Pembentukan glikogen menjadi glukosa
- Glukoneogenesis : Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat, tetapi dari protein dan lemak.
3. Metabolisme Protein
Beberapa asam amino diubah menjadi glukosa. Asam amino yg tdak dibutuhkan menjadi urea yang dikeluarkan dari sel hati kdalam darah dan disekresikan oleh ginjal.
4. Metabolisme Lemak
Lemak diubah menjadi asam lemak dan gliserol selain itu asam lemak dibawa menuju hati dalam darah porta dari usus dan diubah menjadi jenis partiekel2 kecil yg dapat digunakan dalam proses metabolic.
5. Detoksfikasi
Hepar memecah hormone steroid dan berbagai obat, hasil pemecahannya disekresikan oleh ginjal.
6. Sintesis
- Kolesterol dan steroid
- Protein plasma = fibrinogen, protombin globulin
7. Penyimpanan Lemak
- Glikogen -Lemak - Vit A, D, K dan B12 - Zat besi
Hati disuplay oleh dua pembuluh darah
1. Arteri hepatica
Membawa darah yg kaya oksigen dan merupakan cabang dari arteri kuliaka
2. Vena porta hepatika
Yang berasal dari lambung dan usus yg kaya akan nutrisi (asam amino, monosakarida, vitamin yg larut dalam air dan mineral)
Mekanisme sirkulasi darah di hati
Darah dari cabang vena porta dan arteri hepatica lewat melalui ruangan diantara sel yg disebut sinusoid. sel2 itu mengambil zat hara dan mengubah zat racun menjadi zat yng tidak berbahaya. SEl darah lama dan bakteri diambil oleh sel kuffer, dan dibawa kevena pusat (sentral). Empedu, dan bermuara dikantung empedu. Apabila tubuh mebutuhkan lebih banyak energi, hati mengubah simpanan glikogen menjadi glukosa yang mengirimkan kedalam darah.

Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test

LATAR BELAKANG
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang, walaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi bising. Sebagian dari suara musik bersala dari gelombang dan frekuensi primer yang menentukan suara ditambah sejumla getaran harmonik yang menyebabkan suara memiliki timbre yang khas. Variasi timbre mempengaruhi mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. (William F.Gannong, 1998)
Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan dapat diukir.
Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran। Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf. (William F.Gannom,1998)
Anatomi system pendengaran (Telinga)
Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.

Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :
Pendengaran (N. Coclearis)
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
Telinga luar
Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
Meatus Acusticus Eksternus
Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
Canalis Auditorius Eksternus
Meneruskan suara ke memberan timpani
Membran timpani
Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang mekanik
Telinga tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius, yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada rangkaian tulang-tulang pendengaran. Tulang-tulang yang saling berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"- secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong) menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam.
Telinga tengah terdiri dari :
Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :
Proteksi: melindungi ndari kuman
Drainase: mengeluarkan cairan.
Aerufungsi: menyamakan tekanan luar dan dalam.
Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada skala vestibule akan berkembang.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
Koklea
Skala vestibule: mengandung perlimfe
Skala media: mengandung endolimfe
Skala timani: mengandung perlimfe
Organo corti
Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran di memberan basilaris.
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea" berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti percakapan. Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit membedakan atau memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada tinggi tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah, melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami kerusakan, tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu dengar akan dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda. Andapun dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar oleh bising yang keras.
Keseimbangan (N. Vestibularis)
a. Canalis Semisirkularis
Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi anguler atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap – tiap telinga memiliki tiga kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu sama lain.
b. Utrikulus
Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut–rambut pada sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut.
Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan.
c. Sacculus
Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi loner vertical (misalnya melompat atau berada dalam elevator).
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga
1. Tuli konduktif
Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah
a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling.
b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pensdengaaran.
2. Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada :
a. Organo corti
b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais
c. Pusat pendengaran otak
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).



Kekurangan Pendengaran
Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan yang didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran. Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan keempat aspek penting berikuta ini :
• Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.
• Jenis kurang pendengaran
• Derajat kurang pendengaran
• Menentukan penyebab kurang pendengaran
1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak
Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon manusia terhadap suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda tergantung umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya aspek diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6 tahun keatas dan dewasa.
2. Jenis KP
Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :
a. KP jenis hantaran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga tengah.
b. KP jenis sensorineural
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea dan N.VIII)
c. KP jenis campuran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga dalam.
d. KP jenis sentral
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang otak sampai dengan korteks otak.
e. KP jenis fungsional
Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organic pada system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan berdadasarkan adanya masalah psikologis atau omosional.
Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih terbatasnya pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut, disamping masih belum banyak dikenal teknik uji pendengaran yang dapat dimanfaatkan untuk bahan diagnostik, maka pada makalah ini akan dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran sensorineural dan campuran saja.
3. Menentukan penyebab KP
Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :
a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya KP tersebut
b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan tenggorokan ) yang teliti.
c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto laboratorium)
Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu :
a. Tes bisik
b. Tes bisik modifikasi
c. Tes garputala
d. Pemeriksaan audiometri
Tes Fungsi Pendengaran
Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
Audiometri nada murni
Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran
Kehilangan dalam Desibel Klasifikasi
0-15 Pendengaran normal
>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.
Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.
Kriteria orang tuli :
Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB
Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB
Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.
Manfaat audiometri
Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga
Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi
Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak
Tujuan
Ada empat tujuan (Davis, 1978) :
Mediagnostik penyakit telinga
Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).
Skrinig anak balita dan SD
Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.
Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
Normal : tes rinne positif
Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)
Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah kanan.
Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.
Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.
Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang terdapat.
Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.






Ringkasan panduan praktikum :

Test Weber.
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh diletakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Penderita ditanyakan apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan disebut lateralisasi ke kanan.
b. Evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan
1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural
3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural
4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat
5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti.
Test Rinne.
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz disentuh secara lunak pada tangan dan pangkalnya diletakkan pada planum mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kepada penderita ditanyakan apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala dipindahkan hingga ujung bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-)
b. Evaluasi test rinne.
Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural.
Rinne negatif berarti tuli konduktif.
c. Rinne Negatif Palsu.
Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati dengan apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli sensorineural yang unilateral dan berat.
Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya di tangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran tidak terdengar lagi sehingga dikatakan Rinne negative

Test Schwabach.
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh secara lunak diletakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian kepada penderita ditanyakan apakah mendengar, sesudah itu sekaligus diinstruksikan agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar dengungan. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum pemeriksa.
Ada 2 kemungkinan pemeriksa masih mendengar dikatakan schwabach memendek atau pemeriksa sudah tidak mendengar lagi. Bila pemeriksa tidak mendengar harus dilakukan cross yaitu garpu tala mula-mula diletakkan pada planum mastoideum pemeriksa kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum penderita dan ditanyakan apakah penderita mendengar dengungan.
Bila penderita tidak mendengar lagi dikatakan schwabach normal dan bila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang.
b. Evaluasi test schwabach
1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural
2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif
3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga penderita normal juga.


Sabtu, 03 April 2010

settingan HP untuk koneksi internet

Berikut ini beberapa Settingan HP untuk koneksi ke Internet :

1. Telkomsel Flash – Halo/Simpati/As (Waktu)
Dial Up Number : *99***1#
User Name :
Password :
Access Point : FLASH
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,”flash”


2. Telkomsel GPRS – Halo/Simpati/As (Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : wap
Password : wap123
Access Point : TELKOMSEL
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,”internet”

3. Indosat – Matrix – (Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name :
Password :
Access Point : www.satelindogprs.com
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,” www.satelindogprs.com”

4. Indosat – Mentari – (Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : indosat
Password : indosat
Access Point : www.satelindogprs.com
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,” www.satelindogprs.com”

5. Indosat – IM3 – (Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : gprs
Password : im3
Access Point : www.indosat-m3.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,” www.indosat-m3.net”

6. Indosat – IM3 – (Waktu)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : indosat@durasi
Password : indosat@durasi
Access Point : www.indosat-m3.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,” www.indosat-m3.net”

7. XL – Xplor/Bebas/Jempol (Data)
Dial Up Number : *99***1#
User Name : xlgprs
Password : proxl
Access Point : www.xlgprs.net
Extra Setting : at+cgdcont=1,”IP”,” www.xlgprs.net”

8. Telkom Flexi – Classy/Trendy (Data)
Dial Up Number : #777
User Name : telkomnet@flexi
Password : telkom
Access Point :
Extra Setting : at+crm=1

9. Telkom Flexi – Classy/Trendy (Waktu)
Dial Up Number : 080989999
User Name : telkomnet@instan
Password : telkom
Access Point :
Extra Setting : at+crm=0

10. Mobile 8 – Fren
Dial Up Number : #777
User Name : m8
Password : m8
Access Point :
Extra Setting :

11. Starone
Dial Up Number : #777
User Name : starone
Password : indosat
Access Point :
Extra Setting :

12. Esia (Waktu)
Dial Up Number : #777
User Name : esia
Password : esia
Access Point :
Extra Setting :

EBOOK GRATIS

”buku ”buku ”buku ”diagnosis ”buku

Entri Populer