kesehatan anak, Psikologi anak, Ebook Kedokteran,

Kamis, 13 Agustus 2009

EPILEPSI LOBUS TEMPORALIS (PADA ANAK)

BATASAN
Kejang berulang tanpa provokasi yang berasal dari medial atau lateral lobus temporalis, biasanya berupa kejang parsial sederhana tanpa gangguan kesadaran, dengan atau tanpa aura, dan dapat berupa kejang parsial kompleks dengan gangguan kesadaran. (ILAE-1985)
PATOFISIOLOGI
Lima puluh persen epilepsi merupakan tipe parsial dan epilepsi parsial merupakan epilepsi lobus temporalis (ELT).
Pada epilepsi lobus temporalis sering didapatkan sklerosis pada daerah hipokampus. Sklerosis ini akan menyebabkan kematian sel daerah hipokampus pada regio CA1, CA3 dan hilus dentatus
Penyebab yang sering menimbulkan epilepsi lobus temporalis ini adalah:
  • Post infeksi SSP (ensefalitis herpes simpleks dan meningitis bakteri)
  • Trauma kepala yang menimbulkan ensefalomalasia dan sikatrik korteks
  • Glioma
  • AVM
  • Hamartomas
  • Genetik
  • Kejang demam komplikata
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
  • Anamnesis:
Aura dijumpai pada 80%� penderita ELT. Aura yang timbul dapat berupa gejala penciuman, ilusi, halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran.
Kadang ditemukan adanya distorsi menilai ukuran benda dan jarak penderita dengan obyek.
Pnenomena psikis yang dapat timbul adalah dejavu, depersonalisasi dan derealisasi.
Juga dapat disertai dengan perasaan cemas dan takut.
  • Pemeriksaan fisik:
    • Penderita menjadi diam
    • Mata melebar, pupil dilatasi
    • Otomatisasi gerak bibir, gerakan mengecap, mengunyah atau menelan berulang
    • Postur distonik unilateral tungkai
  • Pemeriksaan radiologi:
MRI: dijumpai atropi hipokampus pada 87% penderita
  • Pemeriksaan EEG:
Gelombang paku dan gelombang tajam yang diikuti dengan gelombang lambat pada regio temporal anterior (F7/F8 dan T3,T4) atau regio temporal basal (F9/F10 dan T9/T10)
DIAGNOSIS BANDING
  • Epilepsi lobus frontalis
  • Narkolepsi
PENATALAKSANAAN
1.      Carbamazepine dosis awal 5 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 15-20 mg/KgBB/hari PO, atau
Phenytoin dosis awal 5-7 mg/KgBB/hari PO, kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan 5-7 mg/KgBB/hari PO
2.      Bila tidak ada respon dapat dilakukan stimulai N. Vagus atau lobektomi temporal anterior


PROGNOSIS
Penderita ELT memiliki kecenderungan mengalami kematian mendadak 50x lebih tinggi daripada populasi normal.
Jika setelah 2 tahun tidak mengalami kejang kembali dapat dikatakan memiliki prognosis yang baik.
Penderita dapat mengalami gangguan bicara dan defisit fungsi memori.
DAFTAR PUSTAKA
1.        Acharya V, Acharya J, Luders H, Olfactory epilepsy aura. Neurology 1998 Jul;51(1):56-61
2.        Foldvary N, Nashold B, Mascha E, Seizures outcome after temporal lobectomy for temporal lobe epilepsy: a Kaplan-Meier survival analysis. Neurology 2000 Feb 8;54(3):630-4
3.        Gollham R, Kane K, Bryant-Comstock L: A double-blind comparison of lamotrigine and carbamazepine in newly diagnosed epilepsy with health-related quality of life as an outcome measure. Seizures 2000 Sep;9(6):375-9
4.        Harvey AS, Berkovic SF, Wrennall JA: Temporal lobe epilepsy in childhood, clinical EEG and neuroimaging findings and syndrome classification in a cohort with new onset seizures. Neurology 1997 Oct;49(4):960-8

0 komentar:

EBOOK GRATIS

”buku ”buku ”buku ”diagnosis ”buku

Entri Populer

Arsip Blog