kesehatan anak, Psikologi anak, Ebook Kedokteran,

Kamis, 13 Agustus 2009

Hipertensi Pada Anak

BATASAN
Hipertensi ialah suatu keadaan tekanan darah sistolik dan atau diastolik > persentil ke 95 untuk umur dan jenis kelamin pada pengukuran 3 kali berturut-turut.1,2,3
TABEL 1. BATASAN HIPERTENSI
ISTILAH
BATASAN
Normal
TD sistolik dan diastolik < 90 persentil menurut umur dan jenis kelamin.
Normal-tinggi*
Rata-rata TD sistolik dan diastolik diantara 90 dan 95 persentil menurut umur dan jenis kelamin.
Hipertensi
Rata-rata TD sistolik dan diastolik > 95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut.
menurut The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children
* Jika tekanan darah yang terbaca normal-tinggi untuk umur, tetapi anak lebih tinggi atau massa otot berlebih untuk umurnya, maka anak ini dianggap mempunyai nilai tekanan darah normal.

TABEL 2. KRITERIA DERAJAT HIPERTENSI BERDASARKAN KENAIKAN TEKANAN DIASTOLIK DI ATAS TEKANAN DIASTOLIK NORMAL SESUAI DENGAN UMUR

 ,, maaf tidak bisa di tampilkan

Derajat hipertensi    Prosentase kenaikan di atas batas normal        1 - 5 thn(mmHg)          6-12 thn (mmHg)

Ringan                                 5-15%                                                      75-85                             90-100
Sedang                                15-30%                                                  85-95                              100-110

Berat                                30 - 50 %                                                 95-112                              110-120
Krisis                                   > 50 %                                                    >112                                 > 120



Krisis hipertensi bila tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg, atau setiap kenaikan tekanan darah yang mendadak dan disertai gejala ensefalopati hipertensif, gagal ginjal, gagal jantung, maupun retinopati.2
Prevalensi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik yang menetap pada anak usia sekolah sebesar 1,2% dan 0,37%.2 Pada anak, kejadian hipertensi sekunder lebih banyak daripada hipertensi primer, dan hampir 80% penyebabnya berasal dari penyakit ginjal.

 

PATOFISIOLOGI

Hipertensi pada anak umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi sekunder). Terjadinya hipertensi pada penyakit ginjal adalah karena :
1.      Hipervolemia.
Hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium, efek ekses mineralokortikoid terhadap peningkatan reabsorpsi natrium dan air di tubuli distal, pemberian infus larutan garam fisiologik, koloid, atau transfusi darah yang berlebihan pada anak dengan laju filtrasi glomerulus yang buruk. Hipervolemia menyebabkan curah jantung meningkat dan mengakibatkan hipertensi. Keadaan ini sering terjadi pada glomerulonefritis dan gagal ginjal.
2.      Gangguan sistem renin, angiotensin dan aldosteron.
Renini adalah ensim yang diekskresi oleh sel aparatus juksta glomerulus. Bila terjadi penurunan� aliran darah intrarenal dan penurunan laju filtrasi glomerulus, aparatus juksta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin yang akan merubah angiotensinogen yang berasal dari hati, angiotensin I. Kemudian angiotensin I oleh �angiotensin converting enzym� diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah tepi, dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Selanjutnya angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan air di tubuli ginjal, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
3.      Berkurangnya zat vasodilator
Zat vasodilator yang dihasilkan oleh medula ginjal yaitu prostaglandin A2, kilidin, dan bradikinin, berkurang pada penyakit ginjal kronik yang berperan penting dalam patofisiologi hipertensi renal. Koarktasio aorta, feokromositoma, neuroblastoma, sindrom adrenogenital, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, dapat pula menimbulkan hipertensi dengan patofisiologi yang berbeda. Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder pada anak antara lain, luka bakar, obat kontrasepsi, kortikosteroid, dan obat-obat yang mengandung fenilepinefrin dan pseudoefedrin.

 

GEJALA KLINIS

Hipertensi ringan atau� sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Gejala hipertensi baru muncul bila hipertensi menjadi berat atau pada keadaan krisis hipertensi. Gejala-gejala dapat berupa sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah, anoreksia, gelisah, berat badan turun, keringat berlebihan, murmur, epistaksis, palpitasi, poliuri, proteinuri, hematuri, atau retardasi pertumbuhan.
Pada krisis hipertensi dapat timbul ensefalopati hipertensif, hemiplegi, gangguan penglihatan dan pendengaran, parese n. facialis, penurunan kesadaran, bahkan sampai koma.
Manifestasi klinik krisis hipertensi yang lain adalah dekompensasi kordis dengan edema paru yang ditandai dengan gejala oleh gejala edema, dispneu, sianosis, takikardi, ronki, kardiomegali, suara bising jantung, dan heptaomegali.
Dengan funduskopi dapat dilihat adanya kelainan retina berupa perdarahan, eksudat, edema papil, atau penyempitan pembuluh darah arteriol retina. Foto toraks menunjukkan adanya pembesaran jantung dengan edema paru. Pada EKG kadang-kadang ditemukan pembesaran ventrikel kiri. Pada CT-scan kepala kadang-kadang ditemukan atrofi otak. Bila segera ditangani gejala dapat menghilang tanpa gejala sisa.

 

PEMERIKSAAN

I. Anamnesis
Selain adanya gejala-gejala yang dikeluhkan penderita, anamnesis yang teliti dan terarah sangat diperlukan untuk evaluasi hipertensi pada anak. Riwayat pemakaian obat-obatan seperti kortkosteroid, atau obat-obat golongan simpatomimetik (misal efedrin). Riwayat penyakit dalam keluarga, misalnya hipertensi, stroke, gagal ginjal, dan lain-lain.
II. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pengukuran tekanan darah pada ke empat ekstremitas untuk mencari koarktasio aorta. Kesadaran dapat menurun sampai koma, tekanan sistolik dan diastolik meningkat, denyut jantung meningkat. Dapat ditemukan bunyi murmur dan bruit, tanda gagal jantung, dan tanda ensefalopati.
Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan kelainan retina berupa perdarahan, eksudat, edema papil atau penyempitan pembuluh darah arteriol retina.
Teknik pengukuran tekanan darah
Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Manset yang digunakan harus cocok untuk ukuran anak (lihat Tabel di bawah ini). Bila menggunakan manset yang terlalu sempit akan menghasilkan angka pengukuran yang lebih tinggi, sebaliknya bila menggunakan manset yang terlalu lebar akan memberikan hasil angka pengukuran lebih rendah.
2.      Lebar kantong karet harus menutupi ⅔ panjang lengan atas sehingga memberikan ruangan yang cukup untuk meletakkan bel stetoskop di daerah fossa kubiti, sedang panjang kantong karet sedapat mungkin menutupi seluruh lingkaran lengan atas.
3.      Periksa terlebih dahulu sphigmomanometer yang digunakan apakah ada kerusakan mekanik yang mempengaruhi hasil pengukuran.
4.      Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam suasana yang tenang, usahakan agar anak jangan sampai menangis, karena keadaan ini akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Pada anak yang lebih besar, pengukuran dilakukan dalam posisi duduk, sedang pada anak yang lebih kecil pengukuran dilakukan dalam posisi anak berbaring. Tekanan darah diukur pada ke dua lengan atas dan paha, untuk mendeteksi ada atau tidaknya koarktasio aorta. Cara yang lazim digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah cara indirek dengan auskultasi. Manset yang cocok untuk ukuran anak dibalutkan kuat-kuat pada ⅔ panjang lengan atas. Tentukan posisi arteri brakialis dengan cara palpasi pada fossa kubiti. Bel stetoskop kemudian ditaruh di atas daerah tersebut. Manset dipompa kira-kira 20 mmHg di atas tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan sumbatan pada arteri brakialis. Tekanan di dalam manset kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sampai terdengar bunyi suara lembut. Bunyi suara lembut yang terdengar ini disebut fase 1 dari Korotkoff (K1) dan merupakan petunjuk tekanan darah sistolik. Fase 1 kemudian disusul fase 2 (K2), yang ditandai dengan suara bising (murmur), lalu disusul dengan fase 3 (K3) berupa suara yang keras, setelah itu suara mulai menjadi lemah (fase 4 atau K4) dan akhimya menghilang (fase 5 atau K5). Pada anak jika fase 5 sulit didengar, maka fase 4 digunakan sebagai petunjuk tekanan diastolik. The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children menganjurkan untuk menggunakan fase 4 (K4) sebagal petunjuk tekanan diastolik untuk anak-anak berusia kurang dari 13 tahun, sedang fase 5 (K5) digunakan sebagai petunjuk tekanan diastolik untuk anak usia 13 tahun ke atas.
TABEL 3. UKURAN-UKURAN MANSET YANG TERSEDIA Dl PASARAN UNTUK EVALUASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA ANAK
Jenis Manset
Lebar kantong karet (cm)
Panjang kantong karet (cm)
Neonatus
2.5 - 4.0
5.0 - 9.0
Bayi
4.0 - 6.0
11.5 -18.0
Anak
7.5 - 9.0
17.0 - 19.0
Dewasa
11.5 -13.0
22.0 - 26.0
Lengan besar
14.0 -150
30.5 - 33.0
Paha
18.0 -19.0
36.0 - 38.0
III. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyakit primer dibagi dalam 2 tahap (lihat lampiran). Pemeriksaan tahap 2 dilakukan bila pada pemeriksaan tahap 1 didapatkan kelainan, dan jenis pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan kelainan yang didapat.
TABEL 4. �PEMERIKSAAN TAHAP 1 UNTUK EVALUASI DIAGNOSTIK KEARAH PENYEBAB HIPERTENSI SEKUNDER
Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit ginjal
Urinalisis, biakan urin
Kimia darah (kolesterol, albumin, globulin, asam urat, ureum, kreatinin)
Klirens kreatinin dan ureum
Darah lengkap
Pielografi intravena (bila skanning ginjal dan USG tak tersedia)
Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit endokrin
Elektrolit serum
Aktivitas renin plasma dan aldosteron
Katekolamin plasma
Katekolamin urin dan metabolitnya dalam urin
Aldosteron dan metabolit steroid dalam urin
(17 ketosteroid dan 17 hidrokortikosteroid)
Evaluasi akibat hipertensi terhadap organ target
EKG, foto thorax dan ekokardiografi
TABEL 5. PEMERIKSAAN TAHAP 2 UNTUK EVALUASI DIAGNOSTIK KEARAH PENYEBAB HIPERTENSI SEKUNDER
ASTO, Komplemen (C3), kultur apus tenggorok/keropeng infeksi kulit
Sel LE, uji serologi untuk SLE������������
Miksio sistouretrografi (MSU)��������
Biopsi ginjal
CT ginjal
Tc 99m DTPA atau DMSA Scan, Renografi
Arteriografi
Digital Subtraction Angiography (DSA)
CT kelenjar adrenal atau abdomen
Scanning adrenal dengan l131 meta-iodobenzilguanidin
Katekolamin vena kava
Analisis aldosteron dan elektrolit urin
Uji supresi dengan deksametason
Renin vena renalis

 

DIAGNOSIS BANDING

Hipertensi akut

Hipertensi akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis akut pasca streptokokus, sindrom hemolitik uremik, lupus eritematosus sistemik, dan purpura Henoch-Schonlein.
Pemeriksaan air kemih, kadar elektrolit, IgG, IgM, IgA, C3, ASSTO, ANA, sel LE, BUN, kreatinin serum, dan hematologi, dapat membedakan penyebab hipertensi tersebut.

 

Hipertensi kronik

Hipertensi kronik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis kronik, pielonefritis kronik, uropati obstruktif, penyempitan pembuluh darah ginjal, dan gagal ginjal tahap akhir.
Hipertensi sekunder pada anak dapat pula disebabkan oleh hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushin, feokromositoma, hipertiroid, hiperparatiroid, pengobatan steroid jangka panjang, neurofibromatosis, sindrom Guillain-Barre, dan luka bakar.

Komplikasi

        Ensefalopati hipertensif
        Payah jantung
        Gagal jantung
        Retinopati hipertensif yang dapat mengkibatkan kebutaan.

 

PENGOBATAN

I. Medikamentosa
Penggunaan obat antihipertensi pada anak dimulai bila tekanan darah berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 untuk umur dan jenis kelamin. Langkah pengobatan dan dosis obat antihipertensi dapat dilihat pada lampiran.
Pengobatan hipertensi non krisis :
1.      tekanan diastolik 90-100 mmHg : diuretik furosemid
2.      tekanan diastolik 100-120 mmHg: furosemid ditambah kaptopril, jika belum turun, ditambah antihipertensi golongan beta bloker atau golongan lain.
Pengobatan krisis hipertensi :
1.      Nifedipin oral diberikan dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali. Dinaikkan 0,1 mg/kgBB/kali setiap 30 menit (dosis maksimal 10 mg/kali). Ditambah furosemid 1 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari , bila tidak turun diberi kaptopril 0,3 mg/kg/kali diberikan 2-3 kali pehari.
2.      Klonidin drip 0,002 mg/kgBB/8 jam + 100 ml dektrose 5%. Tetesan awal 12 mikrodrip/menit, bila tekanan darah belum turun, tetesan dinaikkan 6 mikrodrip/m setiap 30 menit (maksimum 36 mikrodrip/m), bila tekanan darah belum turun ditambahkan kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali, diberikan 2-3 kali sehari (maksimal 2 mg/kg/kali). Diberikan bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari.
Cara penurunan dosis obat anti hipertensi (Stepped-Down Therapy)
Penurunan obat antihipertensi secara bertahap perlu dilakukan pada anak, setelah tekanan darah terkontrol dalam batas normal untuk suatu periode waktu. Petunjuk untuk langkah penurunan dosis obat-obat antihipertensi pada anak dan rernaja seperti terlihat pada tabel berikut.

TABEL 6. PETUNJUK UNTUK STEPPED-DOWN THERAPY PADA ANAK �ATAU REMAJA

Bayi
Kenaikan tekanan darah terkontrol untuk 1 bulan. Dosis obat tidak ditingkatkan. Bila tekanan darah tetap konstan dan terkontrol, dosis obat diturunkan setiap minggu dan berangsur-angsur dihentikan.
Anak atau Remaja����
Tekanan darah terkontrol dalam batas normal untuk 6 bulan sampai 1 tahun. Kontrol tekanan darah dengan interval waktu 6 sampai 8 minggu. Ubah menjadi monoterapi. Setelah terkontrol berlangsung kira-kira 6 minggu, turunkan monoterapi setiap minggu dan bila memungkinkan berangsur-angsur dihentikan.
Jelaskan pentingnya arti pengobatan nonfarmakologik untuk pengontrolan tekanan darah.
Jelaskan pentingnya memonitor tekanan darah secara terus menerus, dan bahwa terapi farmakologik dapat dibutuhkan pada setiap waktu.

II. Bedah
Sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
III. Suportif
Pemberian nutrisi yang rendah garam dapat dilakukan. Pada anak yang obesitas diperlukan usaha untuk menurunkan berat badan. Olahraga dapat merupakan terapi pada hipertensi ringan.
Restriksi cairan.
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Rujukan ke Bagian Mata untuk melihat keterlibatan retina. Rujuk ke dokter nefrologi anak� bila tidak berhasil dengan pengobatan atau terjadi komplikasi.

 

DAFTAR PUSTAKA

1.      Report of the Second Task Force on Blood Control in Children, 1987. Pediatrics 79 : 1.
2.      Bahrun D, 2002. Hipertensi sistemik. In : Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede, SO, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak. 2nd edition. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp 242-290.
3.      Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In : Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford : Oxford University Press, pp 151-161.
4.      Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2000. Measurement and interpretation of blood pressure. Arch Dis Child 82 : 261-265.
5.      Arafat M, Mattoo TK, 1999. Measurement of blood pressure in children : recommendation� and prescriptions on cuff selection. Pediatrics 104 : e30.
6.      Beevers G, Lip GYH, O�Brien E, 2001. Blood pressure measurement Part-1 Sphygmomanometry : factors common to all techniques. BMJ 322 : 981-985.
7.      Beevers G, Lip GYH, O�Brien E, 2001. Blood pressure measurement Part-2 Conventional sphygmomanometry : technique of auscultatory blood pressure measurment. BMJ 322 : 1043-1047.

Lampiran

1.      Kurve tekanan darah sistolik dan diastolik menurut umur dan jenis kelamin

Gambar 1. Nilai tekanan darah normal, hipertensi berat, sedang dan berat untuk anak perempuan (menurut the Report of the National Heart, Lung and Blood Institute's Task Force on Blood Pressure Control in Children).

Gambar 2. Nilai tekanan darah normal, hipertensi ringan, sedang, dan berat untuk anak laki-laki (menurut the Report of the National Heart, Lung and Blood Institute's Task Force on Blood Pressure Control in Children).



2.      Dosis obat anti hipertensi oral pada anak

Klasifikasi/Nama obat
Dosis (oral) per hari
Interval dosis
Awal
Maksimal
Diuretika
Hidroklorotiazid
1 mg/kg
4 mg/kg
tiap 12jam
Klortalidon
1 mg/kg
2 mg/kg
sekali sehari
Spironolakton
1 mg/kg
3 mg/kg
tiap 12jam
Furosemid
2 mg/kg
6 mg/kg
tiap 6-8 jam
Penghambat adrenergik
Penghambat beta
Propranolol
0,5 mg/kg
10mg/kg
tiap 8 jam
Penghambat alfa
Prazosin
0,05 mg/kg
0,4 mg
tiap 8 jam
Penghambat alfa-beta
Labetalol
1-3mg/kg
3mg/kg
tiap 12 jam
Antiadrenergik sentral
Klonidin
0,002 mg/kg
0,06 mg
tiap 8 jam
Metildopa
5 mg/kg
40mg/kg
tiap 6-8 jam
Bekerja pada ujung-ujung saraf simpatetik
Reserpin
0,02-0,07 mg/kg
2,5 mg
sekali sehari
Vasodilator langsung
Hidralazin
1-2mg/kg
8 mg/kg
tiap8-12jam
Minoksidil
0,1-0,2 mg/kg
1-2 mg/kg
tiap 12jam
Calcium Channel Blockers
Nifedipine
0,25 mg/kg
1 mg/kg
tiap 6-8 jam
Diltiazem
2mg/kg
3,5mg/kg
tiap 12 jam
ACE Inhibitors
Captopril
0,5 mg/kg
Neonatus 0,05-0,5mg/kg
5 mg/kg
tiap 8 jam
Enalapril
0,08-0,1 mg/kg
1 mg/kg
tiap 24 jam


3.      DOSIS OBAT ANTIHIPERTENSI UNTUK PENANGGULANGAN KRISIS HIPERTENSI

Obat

Cara Pemberian

 

Dosis awal

Respon awal

Lamanya respon

 

Efek samping

Sodium nitroprusida
Infus
50 mg/I dalam larutan dekstrose 5% menit
(5 mikrogram/ ml)
0,5 sampai 8 mikrogram/ kg/men. Atau 0,01-0,16 ml/kg/menit
Segera
Selama infus
Membutuhkan
pengawasan terus menerus,
risiko keracunan tiosianat
Labetalol
Infus
1-3mg/kg/jam
Segera
Selama infus
Bradikardia
Diazoxid
Intravena cepat
(l-2menit)
2-5 mg/kg dalam 30 menit, respon (-) ulangi
3-5 menit
4-24 jam
Nausea
���� Hiperglikemia
Retensi natrium
Hidralazin
IV atau IM
0,1-0,2mg/kg
10-30 men
2-6 jam
Takikardia. flushing, sakit kepala
Klonidin
IV
IM
Infus
0,002 mg/kg'kali
ulangi setiap 4-6 jam. Dosis bisa ditingkatkan sampai 3 x lipat
IV: 5 menit IM.beberapa menit lebih lama
Beberapa jam
Mengantuk, mulut kering, hipertensi rebound
Reserpin
IM
0,007 mg/kg,
maksimal 2,5 mg
1,5-3 jam
2-12 jam
Hidung tersumbat,
respon awal lambat

0 komentar:

EBOOK GRATIS

”buku ”buku ”buku ”diagnosis ”buku

Entri Populer

Arsip Blog