mbah surip " tak gendong" meninggal dunia
Penyanyi fenomenal Mbah Surip meninggal dunia sekitar pukul 12.20 WIB, dalam perjalanan menuju RS Pusdikkes, Jaktim, Selasa (4/8). Kini jenazah Mbah Surip disemayamkan di rumah Mamiek Srimulat.di Jl Kerja Bakti, Kampung Makassar, Jakarta Timur. Bagaimana profile sosok fenomenal ini silahkan baca lebih lanjut..
Tak gendong ke mana-mana
Tak gendong ke mana-mana
Enak to, mantep to
Demikian sepenggal lirik 'Tak Gendong', yang melambungkan nama Mbah Surip di industri musik tanah air. Kebanyakan orang menyukai lagu ini karena easy listening , video klipnya lucu dan sangat menghibur. Namun tak dinyana ada makna mendalam di balik lagu yang meledak lewat ring back tone (RBT) itu.
Jose Rizal Manua, sastrawan yang menjadi sahabat Mbah Surip sejak 20 tahun silam punya makna khusus atas lagu tersebut. Menurutnya, lagu tersebut bermakna pertemanan, gotong royong, dan bahu membahu.
Jose bercerita, sekitar 3 minggu sebelum berpulang, Si Mbah sempat menyambangi Bulungan, tempat ia dahulu 'menggelandang', selain TIM dan Pasar Seni Ancol. Di kawasan Jakarta Selatan itu ia sempat membagi-bagikan uang kepada puluhan temanya yang masih 'ngamen'.
"Ia memasukkan uang Rp 200 ribu, Rp 150 ribu ke kantong teman-temannya," ujarnya.
Meski sudah tenar dan berpenghasilan miliaran, menurut Jose, Mbah Surip sebelum meninggal adalah tetap Mbah Surip yang dahulu ia kenal. Ketenaran dan harta tidak membuatnya gelap mata.
"Ia tetap Mbah Surip yang menggendong dan apa adanya," kenang Jose.
sedikit tentang profile :
Urip Ariyanto
Laki-Laki
Mojokerto, 05 Mei 1949
Tanggal Meninggal:
04 Agustus 2009
Biografi :
Prosesi pemakaman Mbah Surip diawali dengan upacara pernikahan puteri ketiganya. Kedua mempelai yang langsung datang ke tempat persemayaman Mbah Surip dari Mojokerto, Jawa Timur, melakukan ijab kabul di depan jenazah seniman yang dikenal rendah hati tersebut.
Di tengah popularitas yang baru saja diraihnya, seniman nyentrik asal Mojokerto, Jawa Timur, tersebut menghadap Sang Khalik. Kepergian pelantun tembang Tak Gendong yang begitu mendadak itu menyisakan duka yang sangat mendalam bagi kerabat, teman dekat maupun para penggemarnya.
Kini, tiada lagi penampilan unik dengan rambut rasta ala penyanyi reggae dan tawanya yang khas dan lepas, yang menjadi ciri dari Mbah Surip.
Dilahirkan di Mojokerto, 5 Mei 1949 dengan nama asli Urip Achmad Rijanto Soekotjo adalah duda dengan empat orang anak sekaligus kakek dari empat cucu.
Mbah Surip merupakan lulusan dari Sekolah Teknik (ST) Pasna Wiyata pada 1974 dan lulus dari STM Brawijaya pada 1977. Ia juga sempat menlajutkan pendidikannya ke Teknik Mesin Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto pada 1979.
Kelar menyelesaikan kuliahnya, Mbah Surip menikah dengan Minuk Sulistyowati. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 4 orang anak, Tita (Prita), Farid (kini menjadi manager Mbah Surip di Jakarta), Krisna (Nina) dan Ivo (masih kuliah semester 2 di jurusan Satra Jepang Unesa).
Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip menjalani berbagai macam profesi. Mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak, tambang berlian bahkan lelaki yang memiliki gelar Drs, Insinyur dan MBA ini pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California.
Karena ingin mengadu nasibnya, akhirnya Mbah Surip hijrah ke Jakarta. Ia kemudian bergabung dengan komunitas seniman, sebut saja Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.
Karena terlalu lama merantau, akhirnya sang istri meminta cerai. Dan Minuk pun menikah lagi. Sedang Mbah Surip memilih tetap menjadi duda.
Kesempatan pun datang kepada seniman yang pernah menerima penghargaan dari MURI untuk aksi menyanyi terlama ini. Ia mendapat kesempatan masuk ke studio rekaman.
Dalam perjalanan bermusiknya, ia telah mengeluarkan beberapa album yang dimulainya sejak 1997. Beberapa albumnya antara lain, IJO ROYO-ROYO (1997), INDONESIA I (1998), REFORMASI (1998), TAK GENDONG (2003) dan BARANG BARU (2004).
Tak Gendong sendiri ia ciptakan pada 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat. Menurut Mbah Surip lagu ini memiliki makna filosofi tersendiri, yakni belajar salah.
Pada hari Selasa, 4 Agustus 2009, Mbah Surip meninggal. Menurut kabar yang beredar, Mbah Surip yang kerap mengatakan 'I Love You Full' ini menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 10.30 wib, setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Pusdikkes, Jakarta Timur.
Mbah Surip meninggal dengan status duda yang telah disandangnya selama 26 tahun dan meninggalkan empat anak dan empat cucu. Jenazahnya akhirnya dimakamkan di di kawasan Bengkel Teater W.S Rendra , Depok, Jawa Barat untuk beristirahat selama-lamanya.
Tak gendong ke mana-mana
Tak gendong ke mana-mana
Enak to, mantep to
Demikian sepenggal lirik 'Tak Gendong', yang melambungkan nama Mbah Surip di industri musik tanah air. Kebanyakan orang menyukai lagu ini karena easy listening , video klipnya lucu dan sangat menghibur. Namun tak dinyana ada makna mendalam di balik lagu yang meledak lewat ring back tone (RBT) itu.
Jose Rizal Manua, sastrawan yang menjadi sahabat Mbah Surip sejak 20 tahun silam punya makna khusus atas lagu tersebut. Menurutnya, lagu tersebut bermakna pertemanan, gotong royong, dan bahu membahu.
Jose bercerita, sekitar 3 minggu sebelum berpulang, Si Mbah sempat menyambangi Bulungan, tempat ia dahulu 'menggelandang', selain TIM dan Pasar Seni Ancol. Di kawasan Jakarta Selatan itu ia sempat membagi-bagikan uang kepada puluhan temanya yang masih 'ngamen'.
"Ia memasukkan uang Rp 200 ribu, Rp 150 ribu ke kantong teman-temannya," ujarnya.
Meski sudah tenar dan berpenghasilan miliaran, menurut Jose, Mbah Surip sebelum meninggal adalah tetap Mbah Surip yang dahulu ia kenal. Ketenaran dan harta tidak membuatnya gelap mata.
"Ia tetap Mbah Surip yang menggendong dan apa adanya," kenang Jose.
sedikit tentang profile :
Urip Ariyanto
Laki-Laki
Mojokerto, 05 Mei 1949
Tanggal Meninggal:
04 Agustus 2009
Biografi :
Prosesi pemakaman Mbah Surip diawali dengan upacara pernikahan puteri ketiganya. Kedua mempelai yang langsung datang ke tempat persemayaman Mbah Surip dari Mojokerto, Jawa Timur, melakukan ijab kabul di depan jenazah seniman yang dikenal rendah hati tersebut.
Di tengah popularitas yang baru saja diraihnya, seniman nyentrik asal Mojokerto, Jawa Timur, tersebut menghadap Sang Khalik. Kepergian pelantun tembang Tak Gendong yang begitu mendadak itu menyisakan duka yang sangat mendalam bagi kerabat, teman dekat maupun para penggemarnya.
Kini, tiada lagi penampilan unik dengan rambut rasta ala penyanyi reggae dan tawanya yang khas dan lepas, yang menjadi ciri dari Mbah Surip.
Dilahirkan di Mojokerto, 5 Mei 1949 dengan nama asli Urip Achmad Rijanto Soekotjo adalah duda dengan empat orang anak sekaligus kakek dari empat cucu.
Mbah Surip merupakan lulusan dari Sekolah Teknik (ST) Pasna Wiyata pada 1974 dan lulus dari STM Brawijaya pada 1977. Ia juga sempat menlajutkan pendidikannya ke Teknik Mesin Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto pada 1979.
Kelar menyelesaikan kuliahnya, Mbah Surip menikah dengan Minuk Sulistyowati. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 4 orang anak, Tita (Prita), Farid (kini menjadi manager Mbah Surip di Jakarta), Krisna (Nina) dan Ivo (masih kuliah semester 2 di jurusan Satra Jepang Unesa).
Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip menjalani berbagai macam profesi. Mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak, tambang berlian bahkan lelaki yang memiliki gelar Drs, Insinyur dan MBA ini pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California.
Karena ingin mengadu nasibnya, akhirnya Mbah Surip hijrah ke Jakarta. Ia kemudian bergabung dengan komunitas seniman, sebut saja Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.
Karena terlalu lama merantau, akhirnya sang istri meminta cerai. Dan Minuk pun menikah lagi. Sedang Mbah Surip memilih tetap menjadi duda.
Kesempatan pun datang kepada seniman yang pernah menerima penghargaan dari MURI untuk aksi menyanyi terlama ini. Ia mendapat kesempatan masuk ke studio rekaman.
Dalam perjalanan bermusiknya, ia telah mengeluarkan beberapa album yang dimulainya sejak 1997. Beberapa albumnya antara lain, IJO ROYO-ROYO (1997), INDONESIA I (1998), REFORMASI (1998), TAK GENDONG (2003) dan BARANG BARU (2004).
Tak Gendong sendiri ia ciptakan pada 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat. Menurut Mbah Surip lagu ini memiliki makna filosofi tersendiri, yakni belajar salah.
Pada hari Selasa, 4 Agustus 2009, Mbah Surip meninggal. Menurut kabar yang beredar, Mbah Surip yang kerap mengatakan 'I Love You Full' ini menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 10.30 wib, setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Pusdikkes, Jakarta Timur.
Mbah Surip meninggal dengan status duda yang telah disandangnya selama 26 tahun dan meninggalkan empat anak dan empat cucu. Jenazahnya akhirnya dimakamkan di di kawasan Bengkel Teater W.S Rendra , Depok, Jawa Barat untuk beristirahat selama-lamanya.
0 komentar:
Posting Komentar