DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang berhubungan dengan atopi. Kata "atopi" pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik, dan konjungtivitis alergik.
SINONIM
Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain yang digunakan, misalnya : ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier. Tetapi. hingga sekarang yang paling banyak diterima ialah istilah dermatitis atopik.
GAMBARAN KLINIS
Gejala utarna dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo- vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Bentuk infantil (2 bulan - 2 tahun): Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi, dahi) dan skalp, tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan, dan tungkai). Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Lesi berupa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal; karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi dan eksudasi atau krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan, mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi bentuk anak.
Bentuk Anak (3-11 tahun) : Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendin (de novo). Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas; -karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta. Tempat predileksi di lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki; jarang mengenai muka. Tangan mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula terkena; kadang juga pada paha belakang dan bokong. Sering ditemukan lipatan Dennie Morgan, yaitu lipatan kulit di bawah kelopak maia bawah.
Bentuk remaja dan dewasa (12-40 tahun) : Tempat predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus; kelainan kulit berupa likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk remaja dan dewasa beriangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat torus berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, skalp.
Selain terdapat kelainan tersebut, kulit pendenta tampak kering dan sukar berkeringat. Ambang rangsang gatal rendah, sehingga pendenta mudah gatal, apalagi bila berkeringat.
Berbagai kelainan dapat menyertainya ialah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiaris alba, keratosis pilaris, lipatan Dennie Morgan, penipisan alis bagian luar (tanda Hertoghe), keilitis, katarak subkapsular anterior, lidah geografik, liken spinularis (papulpapul tersusun numular), dan keratokonus (bentuk komea yang abnormal). Selain itu, penderita dermatitis atopik cenderung mudah mengalami kontak urtikaria, reaksi anafilaktik terhadap obat, gigitan atau sengatan serangga.
DIAGNOSIS
Untuk membuat diagnosis dermatitis atopik secara praktis cukup dengan anamnesis dan melihat gambaran klinis. Meskipun demikian, HANIFIN dan LOBITZ menentukan kriteria untuk membuat diagnosis dermatitis atopik secar rinci sebagai berikut. Yang harus terdapat ialah:
1. Pruritus.
2. Morfologi dan distribusi yang khas: likenifikasi fleksural pada orang dewasa, gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi.
3. Kecenderungan menjadi kronis atau kambuh.
Ditambah 2 atau lebih tanda lain:
1. Adanya penyakit atopik (asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik) pada penderita atau anggota keluarganya.
2. Tes kulit tipe cepat yang reaktif.
3. Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat koiinergik.
4. Katarak subkapsular anterior.
Atau ditambah 4 atau lebih butir berikut ini:
1. Xerosis/iktiosis/hiperlinear palmaris.
2. Pitiriasis alba.
3. Keratosis pilaris.
4. Kepucatan fasial/warna gelap infra orbital.
5. Tanda Dennie Morgan.,
6. Peningkatan kadar IgE.
7. Keratokonus.
8. Kecenderungan mendapatkan dermatitis nonspesifik di tangan.
9. Kecenderungan infeksi kulit yang berulang.
Ada cara lain pula untuk menegakkan diagnosis dermatitis atopik, yaitu menurut kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka.
DIAGNOSIS BANDING
Umumnya diagnosis dermatitis atopik tidak terialu sulit. Pada bentuk infantil dapat menyerupai dermatitis seborolka (D.S.). D.S. pada muka mirip dengan dermatitis atopik. berlokasi di tempat-tempat seboroik, yakni kulit kepala yang berambut, muka terutama ails mata dan lipatan nasolabial, ketiak, dada di atas sternum, interskapular, daerah genitalis eksterna, dan perianal. Kulit pada D.S., berskuama kekuningan dan berminyak. Tidak terdapat stigmata atopi, eosinofiiia, peninggian kadar IgE, tes asetilkolin negatif maupun dermografisme putih.
Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis sirkumskripta Vidal atau yang lazim disebut liken simpleks kronis. Kedua-duanya gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada dermatitis atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada liken simpleks kronis di siku dan punggung kaki (ekstensor); ada pula tempat predileksi yang sama yaitu di tengkuk. Dermatitis atopik biasanya sembuh setelah usia 30 tahun, sedangkan neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua. Pemeriksaan pembantu yang menyokong dermatitis atopik memberikan hasil negatif pada neurodermatitis sirkumskripta.
Penyakit lain yang dapat memberi gambaran klinis menyerupai dermatitis atopik yaitu: dermatitis kontak alergik kronis, dermatitis numularis, sindrom Wiskott-Aldrich, sindrom hiper-IgE, dan histiositosis-X.
PENATALAKSANAAN
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan kambuhnya penyakit ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau kedinginan, stress, endokrin (contoh: kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari atau menyingkirkan faktor-faktor tersebut.
Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehigga kulit tidak semakin kering. Kulid diolesi dengan krim emolien, maksudnya membuat kulit tidak kaku dan tidak terlalu kering. Pakaian jangan yang terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah katun karena selain tidak merangsang juga dapat rnenyerap keringat. Keringat akan rnenambah rasa gatal, oleh karena itu pakaian jangan ketat; ve.ntilasi yang baik akan mengurangi keringat.
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi dengan air yang sununya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah rasa gatal.
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah (mengandung Dermatophagoides pteronyssimus) dan bulu binatang karena dapat menyebabkan rasa gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh.
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan atau menambah rasa gatal. Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu. telur, dan kacang- kacangan. Dengan meningkatnya usia kemungkinan mendapat alergi tersebki makin berkurang. Menurut penyelidikan Kang dan Tan, pada bentuk infantil yang mengalami alergi makanan 17,1%, kemudian menurun menjad 8,7% pada bentuk anak dan menjadi 4,2%
bentuk dewasa. Memperpanjang masa parrberian ASI pada bayi dan menunda pemberiar makanan padat ternyata tidak mencegah timbuinya dermatitis atopik.
Stres emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oleh karena itu hendaknya atau dikurangi.
Imunitas selular penderita dermatitis atop* menurun, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus, bakteri, dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau herpes sir,- pleks, akan menimbulkan gejala akut berupa timbulnya banyak vesikel dan pustul yang akan menyebar, disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian; disebut erupsi variseloformis Kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh berdekatan dengan penderita varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks.
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah terjadi infeksi sekunder.
PENGOBATAN
Obat yang bersifat kuratif belum diketahui. Pengobatan bergantung pada kelainan kulit yang ditemukan. Yang paling penting ialah mencegah agar penderita tidak menggaruk.
Sistemik. Untuk mengatasi rasa gatal, dapat diberikan antihistamin, misalnya chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine. Jika sangat gatal dapat diberikan klorpromazin. Bila mengalami infeksi sekunder dapat diberi antibiotik misalnya eritromisin. Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7-10 hari), mengingat efek samping, yakni osteoporosis, katarak dan sebagainya
Pengobatan topikal. Bergantung pada jenis kelainan kulit.
Pada bentuk bayi kelainannya eksudatif, karena itu dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/1000 atau permanganas kalikus 1/10.000. Setelah kelainan kering, dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau 2%. Pada bentuk anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering, melainkan salap karena salap mempunyai daya penetrasi Iebih baik. Salap kortikosteroid yang dipilih ialah golongan sedang atau kuat karena bentuk anak dan dewasa telah terjadi Jika efek terapeutik telah tercapai, make dapat diganti dengan golongan lernah untuk mencegah terjadinya efek samping. Untuk meningkatkan daya penetrasi, dapat ditambahkan asam salisil 3-5% pada kortikosteroid topikal.
Obat lain yang dapat digunakan ialah ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5%. Efek ter yang sebenarnya belum diketahui pasti; rupanya berkhasiat vasokonstriksi, astringen, desinfektan, antipruritus, dan memperbaiki keratinisasi abnormal dengan cara mengurangi proliferasi epidermal dan infiltrasi dermal. Pada penggunaan ter yang lama dapat terjadi Efek samping ter yang lain ialah fotosensitisasi. Ter dapat pula dikombinasi dengan kortikosteroid.
Obat lain ialah urea 10%, membuat kulit lamas, hidrofilik, antibakterial; dapat dikombinasi dengan kortikosteroid topikal.
Untuk membersihkan kulit jangan mernakai sabun alkali, tetapi memakai detergen dengan pH asam, atau sabun nonalkali berlemak.
PROGNOSIS
Penderita dermatitis atopikl yang bermula sejak bayi, sebagian (± 40%) sernbuh spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Ada pula yang menyatakan bahwa 40-50% sembuh pada usia 15 tahun. Sebagian besar menyembuh pada usia 30 tahun.
Secara umum, bila ada riwayat dermatitis atopik di keluarga, bersamaan dengan asma bronkial, masa awitan lambat, atau dermatitisnya berat, maka penyakitnya lebih persisten.
0 komentar:
Posting Komentar