kesehatan anak, Psikologi anak, Ebook Kedokteran,

Rabu, 11 November 2009

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza)

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dilaporkan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia, dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. 1
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, daerah Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun laporan terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). 1 Departemen Pertanian mengumumkan secara resmi pada tanggal 25 Januari 2004 terjadi pertama kali kasus avian influenza menyerang unggas di Indonesia. 2 Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). 1

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengidentifikasi adanya infeksi flu burung pada seorang penderita di Tanggerang. Penemuan ini telah dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorium resmi WHO di Hongkong. Hal ini merupakan penemuan penderita flu burung pada manusia yang pertama kali di Indonesia. 2
Jumlah pasien yang diduga terkena flu burung (Avian Influenza) di Indonesia ada 43 kasus terdiri dari kasus confirm (positif flu burung) sebanyak 7 kasus, kasus probable (kasus suspek disertai bukti laboratorium yang mengarah kepada virus influenza A/H5N1) sebanyak 5 orang dan kasus suspek (menunjukkan gejala flu burung) sebanyak 30 kasus dan jumlah kasus terpapar masih tetap 1 orang. 3
Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat tidak perlu panik dengan adanya kasus flu burung di Indonesia, tetapi harus tetap waspada, terutama bagi kelompok yang berisiko karena kita tidak bisa memungkiri bahwa virus ini telah menginfeksi manusia.

AVIAN INFLUENZA
Definisi
Avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa strain A sub tipe H5N1 yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia.4,5,6

Epidemiologi 7,8
Penyebaran flu burung terjadi di berbagai belahan dunia antara lain:
• Infeksi terhadap ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut pada tahun 1997, Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6 diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
• Pada tahun 1999, di Hongkong telah dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan kematian.
• Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A (H5N1) dan satu orang meninggal.
• Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu diantaranya meninggal.
• Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam).
Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae 1,2,6,9,10 dari genus Influenza. Ukuran diameter virions adalah 80-120 nm yang berbentuk filament. Susunan virus terdiri dari 8 segmen berbeda dari “negative-stranded RNA”. 2 Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. 1
Sifat Virus Flu Burung
Virus dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22ºC dan lebih 30 hari pada 0ºC. Virus akan mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit atau 56ºC selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin. 1,2

Virus Influenze Tipe A, B, dan C
Virus Influenza Tipe A dapat menginfeksi manusia, kuda, babi, anjing laut, ikan paus dan binatang lainnya. Namun burung liar adalah tempat tinggal alamiah mereka.11
Virus Influenza Tipe B umumnya ditemukan di manusia. Namun tidak seperti Virus Tipe A, virus ini tidak diklasifikasi berdasar sub-tipe. Walaupun Virus tipe B ini dapat menyebabkan epidemi, tetapi tidak dapat menyebabkan pandemi. Virus Influenza Tipe C menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak menyebabkan epidemi atau pandemi. Virus ini juga tidak diklasifikasi berdasar sub-tipe. 11
Strain
Virus iIfluenza B dan beberapa Sub-tipe Virus A dibagi lagi kedalam strain. Ada berbagai strain pada Virus Tipe B dan Sub-tipe A. Strain baru Virus Flu akan menggantikan strain yang lama. Perubahan strain ini terjadi secara "shift" atau "drift". Ketika strain virus baru ini muncul, maka sel pertahanan tubuh (antibody) yang terbentuk karena infeksi Virus Flu strain yang lama, tidak dapat memberikan perlindungan lagi kepada infeksi strain baru. Jadi vaksin flu harus diperbarui setiap tahun untuk mengikuti perubahan strain dari Virus Flu. Akibatnya, orang yang ingin melakukan vaksinasi flu harus mengulang vaksinasinya secara teratur setiap tahun, karena proses perubahan strain virus flu tadi. 5
Hanya Virus Flu A yang menyerang Unggas. Burung liar secara alamiah adalah tempat tinggal beberapa subtipe Virus Flu A. Umumnya burung liar ini tidak sakit walaupun mereka terinfeksi Virus. Tetapi, unggas yang dipelihara seperti ayam ras atau kalkun, dapat sakit parah dan mati karena serangan virus Flu Burung. Beberapa Strain Virus A juga menyebabkan unggas liar sakit parah dan mati. 11
Virus Flu Burung dengan Fatalitas Tinggi dan Rendah
Virus subtipe H5 dan H7 adalah Virus Flu Burung. Virus Avian Flu dapat diklasifikasi kedalam Virus yang Fatalitas Tinggi (HPAI) dan Virus yang Fatalitas Rendah (LPAI). Pembagian ini berdasar bentuk genetik virus. Umumnya HPAI dikaitkan dengan tingkat kematian tinggi pada peternakan unggas. Apakah fatalitas yang tinggi atau rendah pada unggas ini berhubungan dengan risiko penularan pada manusia belum diketahui secara pasti. Virus HPAI dapat membunuh 90-100% unggas yang terinfeksi, tetapi LPAI menyebabkan sakit ringan atau tanpa gejala pada ayam. Tetapi virus LPAI dapat berubah menjadi HPAI, sehingga wabah Virus H5 atau H7 LPAI seharusnya tetap dimonitor oleh Dinas Peternakan. 11
Bagaimana Virus Flu Berubah
Cara Berubah pertama ialah "Drift Antigenik", dimana virus berubah sedikit demi sedikit secara terus menerus dalam waktu yang lama. Proses Drift Antigenik menghasilkan virus strain baru yang tidak dapat dikenali oleh antibodi virus yang lama. Sehingga setiap tahun terjadi perubahan strain Virus Influenza. Ini sebabnya orang dapat terserang flu beberapa kali, karena Virus Flu berubah strainnya secara terus menerus sehingga orang yang ingin divaksinasi flu harus melakukannya secara teratur setiap tahun. 11,12
Cara perubahan lain ialah dengan cara Shift Antigenik, yaitu perubahan yang mendadak pada Virus Flu A, dan menghasilkan Virus Flu A yang baru yang dapat menginfeksi manusia. Virus ini juga mempunyai hemmaglutinin dan Neuroamidase yang tidak teridentifikasi oleh manusia dan kalau Virus Flu strain baru ini masuk menginfeksi manusia, dan manusia tidak mempunyai kekebalan atau perlindungan dari strain yang baru, dan virus dapat menyebar dari satu manusia ke manusia lain, terjadilah wabah besar yang disebut Pandemi. 11

Mortalitas dan Morbiditas
Prognosa untuk yang terinfeksi virus avian influenza adalah jelek. 11

Sumber Penularan dan Cara Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusioa, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang mendrita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika besinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.1,4,6,13
Menurut Jacob, penularan dapat juga terjadi pada benda yang terkontaminasi seperti sepatu, baju, telur.14
Menurut Judarwanto, cara pertama dengan kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara kedua lewat perantara binatang babi. 2
Ada juga yang menyatakan teori, teori pertama bahwa orang yang terkena Virus Flu Burung, sebelumnya sudah terinfeksi Virus Flu Human terlebih dahulu. Jadi keadaan daya tahan tubuh orang tersebut sedang memburuk sehingga bisa terinfeksi flu burung dan flu manusia bersamaan. Teori yang kedua adalah virus flu burung sendiri bisa menyebabkan influensa burung pada manusia. 5
Virus Flu Burung bisa ditularkan langsung dari unggas, atau ditularkan ke babi terlebih dahulu lalu babi menularkan ke manusia. Babi yang bisa terinfeksi flu burung dan flu manusia diperkirakan bisa menyebabkan mutasi gen secara antigenik shift sehingga menghasilkan virus baru yang bisa menginfeksi pejamu lain, termasuk manusia. 5
Virus ini dikeluarkan melalui kotoran ayam yang mencemarkan lingkungan disekeliling dan menjangkiti melalui pernapasan. Virus ini merebak dengan mudah dari ladang peternakan ke ladang peternakan lain melalui tikus dan lalat yang dicemari dengan kotoran ayam yang mengandung virus H5NI. Selain peternakan, pasar tempat ayam hidup dijual dapat juga menjadi sumber penularan penyakit ini15 demikian juga dengan kebun binatang, taman burung.16
Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia2,12,17,18 dan penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.2
Burung (unggas) yang terinfeksi mengeluarkan virusnya melalui sekret nasal dan fesesnya. Meski unggas yang sembuh mengeluarkan virus dalam jumlah yang lebih kecil, namun tetap dapat menularkan atau terinfeksi lagi. Unggas air merupakan sumber penularan alami yang utama. Unggas liar biasanya tidak menunjukkan gejala, tetapi tetap membawa virus dalam jangka waktu yang lama dan terinfeksi lebih dari 1 jenis virus. Deteksi selanjutnya dipersulit oleh ketidakberadaan respon antibodi terhadap paparan virus. Virus flu terdapat pada air dan materi-materi organik yang berasal dari danau/kolam tempat itik/bebek yang terinfeksi. Pencampuran kelompok tersebut dengan kelompok-kelompok kecil lainnya menjadi salah satu faktor penyebaran. Virus dapat hidup lama pada temperatur sedang maupun beku dan menyebar melalui sampah-sampah/produk-produk yang dihasilkan unggas. 11,14
Penyebaran juga dapat melalui manusia/alat-alat terkontaminasi semua bahan dari peternakan yang terinfeksi harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dipindah ketempat lain. Serangga dan tikus juga dapat membawa virus ke ternak-ternak lain yang belum terinfeksi. Virus yang dapat ditemukan pada telur unggas yang terinfeksi dan hanya sedikit telur-telur ini yang dapat menetas. Virus ini terdapat pula pada burung-burung hias impor yang nampaknya sehat. Toko-toko burung/tempat penitipan burung juga dapat menjadi sumber penularan karena alat-alatnya jarang didesinfeksi. 11,14


Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari. 1,3,4

Manifestasi Klinis
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas
Gejala-gejala tampak pada ternak unggas bervariasi, tergantung strain, usia dan spesies, infeksi bakteri sekunder, dan faktor lingkungan. Gejala-gejala meliputi :
• Kematian tiba-tiba tanpa tanda-tanda lain 1,4,19
• Penurunan koordinasi (keseimbangan) 19
• Warna keunguan-biru (sianosis) pada pial-jengger 1,4 dan kaki 11,19
• Telur lunak dan kehilangan bentuknya 19
• Energi dan nafsu makan menurun 19
• Diare 14,19
• Luka-luka pada kepala, kelopak mata, cakar, pial-jengget 19
• Borok di kaki 1,4
• Sekret nasal 19
• Penurunan produksi telur 14,19
• Batuk, bersin-bersin 19

b. Gejala pada manusia
Gejala pada manusia seperti gejala flu pada umumnya yaitu: 5,6,11,13
• Demam (suhu badan diatas 38 °C) 1,4,5,6,11,13,19,20,21
• Batuk dan nyeri tenggorokan 1,2,4,5,6, 11,13,19,20,21
• Radang saluran pernapasan atas 1,4, 11,13
• Infeksi mata (konjungtivitis) 1,4,6,13,19
• Nyeri otot 1,2,4,6,11,13,19
• Sesak 2,5,20,21
• Diare 5,18,20,21,22
Dalam waktu singkat dapat menjadi berat yaitu
• Pneumonia 1,4,6,19
• Gangguan Pernafasan Berat (ARDS) 13
Laboratorium
• Leukositopenia 14, 20,21
• Trombositopenia ringan-sedang 14,20,21
• Limfopenia partikular 14,20,21
X-Ray
• Foto toraks abnormal


Perjalanan Penyakit
Manifestasi penyakit pada traktus respiratorius bawah biasanya muncul pada tahap awal perjalanan penyakit dan merupakan cirri khas dari penyakit ini. Di dalam suatu perjalanan penyakit, sesak rata-rata timbul pada hari ke 5 setelah onset penyakit (rentang 1-6 hari). Penekanan sistem pernafasan, nafas cepat, dan bising inspiratoar sering kali ditemukan. Jumlah produksi sputum sangat bervariasi dan kadang-kadang ditemukan sputum berdarah. Hampir semua penderita menunjukkan gejala pneumonia, pada pemeriksaan radiologi ditemukan adanya infiltrat yang difus, multifokal atau berbentuk bercak, infiltrat interstitial. Serta konsolidasi segmental atau lokular disertai gambaran air bronkhogram. Kelainan radiologis biasanya timbul pada hari ke-7 setelah onset demam (rentang 3-17 hari). Pada penelitian di kota Ho Chi Min, Vietnam kelainan yang paling sering ditemukan pada penderita rawat inap adalah adanya konsolidasi multifokal yang melibatkan paling sedikit 2 daerah. Jarang ditemukan efusi pleura. Pemeriksaan mikrobiologis sederhana menunjukkan bahwa hal ini suatu proses pneumonia viral yang biasanya tidak disertai superinfeksi bakteri pada saat penderita dirawat inap. 2
Perkembangan perjalanan penyakit kearah gagal nafas dihubungkan dengan adanya infiltrat difus yang bilateral, yang disertai dengan manifestasi sindrom gagal nafas akut (ARDS). Di Thailand, rata-rata waktu yang diperlukan dari onset penyakit sampai terjadi ARDS adalah 6 hari (rentang 4-16 hari). Sering pula ditemukan kegagalan multi organ yang ditandai dengan adanya disfungsi renal, serta kadang-kadang ditemukan kelemahan jantung, seperti dilatasi serta takiaritmia supraventrikular. Komplikasi lain yang pernah ditemukan adalah pneumonia akibat pemasangan ventilator, perdarahan paru, pneumothorax, pansitopenia, sindrom reye, dan gejala sepsis tanpa ditemukan bakteriemia. 17

Diagnosa
1. Diagnosa Lapangan.
Flu burung dengan patogenitas tinggi diduga jika terdapat kematian pada sekawanan unggas setelah gejala-gejala depresi berat, nafsu makan tidak ada, produksi telur menurun drastis. Adanya edem muka, leher, sianosis pial dan jengger dan hemoragic pethicie pada membran-membran interna, lebih mengarah ke penyakit tipe HPA-1. Namun, diagnosa pada akhirnya tergantung isolsi dan identifikasi virus. Kini metode yang menggunakan enzim perangkap antigen yang terikat imunosorbant assay untuk tipe A di desain untuk penggunaan pada manusia, dan baru-baru ini cukup menjanjikan untuk diagnosa cepat pada ternak.
2. Spesimen Laboratorium.
Harus disertai dengan informasi tentang gejala-gejala klinis dengan lesi besar/ menyolok, serta informasi lainnya. Diagnosa tergantung isolasi dan identifikasi virus dari swab (hapusan) trakea atau kloaka, feses, atau organ-organ internal. Spesimen-spesimen tersebut dikumpulkan dari banyak burung. Tidak jarang terjadi kegagalan mengidentifikasi virus pada spesimen-spesimen tersebut. Swab merupakan cara terbaik untuk mengirim virus A-1 dari jaringan/sekret burung yang suspek infeksi, dan dikirim dengan media yang mengandung antibiotik tinggi. Trakea, paru, limfa, kloaka, dan otak harus dijadikan sampel. Darah/serum dikumpulkan dari beberapa ekor burung, jika sampel tidak bisa dikirim dalam waktu 1 x 24 jam, perlu ditempatkan dalam es. Jika perjalanannya perlu waktu yang lama, bekukan sampel, dan cegah jangan sampai mencair di perjalanan.
3. Diagnosa Laboratorium.
Telur usia 9-11 hari yang ada embrionya diinokulasikan dengan spesimen yang ada. Virus flu burung akan membunuh embrio dalam waktu 48-72 jam. Jika hasilnya adalah virus tipe A, melalui tes ELISA atau AGP, kemudian dites lagi dengan antigen khusus untuk mengenali tipe serologinya (tipe HA dan NA). Serum dari ayam biasanya memberi hasil positif pada tes antibodi secepat-cepatnya 3-4 hari setelah gejala pertama muncul. 11
Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus infuensa A (H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia.
Dalam penegakkan diagnosis, terdapat beberapa kriteria diagnosis yang digunakan sesuai dengan temuan klinis yang didapatkan pada penderita pada tahapan dan waktu tertentu, yaitu 2
Kasus Observasi
• Panas > 38ºC dan > 1 gejala berikut:
- Batuk
- Radang tenggorokan
- Sesak napas yang pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung
Kasus Possible (Kasus tersangka)
• Panas > 38ºC dan > 1 gejala berikut:
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
- Sesak napas
• Dan salah satu di bawah ini:
- Hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtipenya.
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang confirmed
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit
- Bekerja di laboratorium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses sampel dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza
Kasus Probable: Kasus Possible
• Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum
Kasus Confirmed (Kasus Pasti)
• Hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) atau
• Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 atau
• Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar >4 kali
• Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5

Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok faktor resiko tinggi adalah pekerja peternakan atau pemprosesan unggas termasuk dokter hewan, pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien atau hewan terjangkit, pengunjung peternakan/ pemprosesan unggas dalam 1 minggu terakhir, dan orang yang kontak dengan penderita flu burung. 3
Pencegahan
Saat ini belum ada vaksin yang melindungi manusia dari virus H5N1. 14,18,23 Namun usaha pengembangan vaksin sedang dilakukan, studi penelitian untuk menguji vaksin yang melindungi manusia terhadap H5N1 dimulai pada bulan April tahun 2005.6,13 WHO bersama dengan pusat dan laboratorium rujukan mengembangkan beberapa strain vaksin prototipe recombinan H5N1. 24
Tetapi ada pula yang menyatakan bahwa oseltamivir dapat digunakan sebagai pencegahan pada orang yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan dengan dosis 75mg dosis tunggal selama 7 hari. 2,5

Menurut Kristina, pencegahan dapat dilakukan: 1
a. Pada unggas:
1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2. Vaksinansi pada unggas yang sehat
b. Pada manusia:
1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b. Hindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
c. Menggunakan alat pelindung diri (contoh : masker dan pakaian kerja).
d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f. Imunisasi.
2. Masyarakat umum
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
- Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
- Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.

Penatalaksanaan
Pasien harus istirahat, peningkatan daya tahan tubuh atau immunomodulator, terapi antivirus dan antibiotik, dan respiratory care. Pengobatan bagi penderita flu burung adalah: 1,3,11
1) Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2) Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3) Pemberian obat anti virus
Terapi Antiviral
Empat obat yang digunakan untuk terapi dari infeksi virus influenza adalah adamantanes (adamantadin dan rimantadin) dan golongan terbaru neuraminidase inhibitors (zanamivir [Relenza] dan oseltamivir [Tamiflu]). Adamantanes mempunyai efek toksik dan cepat menjadi resisten. Neuraminidase inhibitor bekerja dengan cara melepaskan keturunan virus influenza dari sel host yang diinfeksi sehingga terjadi penghentian penyebaran di traktus respiratorius. Virus influenza bereplikasi mencapai puncak antaara 24-72 jam setelah dimulai sakit. Obat seperti neuraminidase inhibitor bekerja pada tahap seawal mungkin dari replikasi virus. Berbeda dengan adamantanes, neuraminidase inhibitor sangat sedikit bersifat toksik dan sangat sedikit berkembang menjadi obat yang resisten terhadap influensa.25
WHO menyarankan menggunakan penghambat neurominidase (zanimivir, oseltamivir). Dosis oseltamivir adalah 75 mg 2 kali sehari selama 5 hari dan diberikan secepatnya.17 Efek samping oseltamivir berupa nausea, muntah, sakit kepala, lemas, insomnia dan pusing.25
Ada yang menyatakan bahwa oseltamivir resisten terhadap strain flu burung di vietnam.23
Terapi Antibiotik
Secara empiris, antibiotik spektrum luas (mencakup bakteri Community Acquired Pneumonia termasuk tipikal dan atipikal) diberikan sesuai dengan derajat penyakitnya. Untuk lebih spesifik, konsultasikan dengan ahli infeksi dan ahli paru.
Imunomodulator
Kortikosteroid diberikan untuk memperlambat perjalanan penyakit pada fase fibropliferatif pada ARDS.17
Kriteria Pemulangan
Pada orang dewasa harus setelah 7 hari bebas demam, sedangkan anak-anak (<12 tahun) setelah 21 hari bebas demam baru boleh dipulangkan. Kebijakan Pemerintah Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah sebagai berikut :1 a. Memberikan konpensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29 Januari – 30 Juli 2004 berupa DOC dan Pakan. b. Memusnahkan semua unggas yang terserang flu burung dengan cara dibakar. c. Mengadakan vaksinasi bagi ayam atau ternak unggas yang masih sehat. d. Melakukan tindakan biosekuriti (pengawasan secara ketat terhadap lalu-lintas unggas produk unggas dan limbah peternakan unggas) untuk daerah yang bebas flu burung. PENUTUP Avian Influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus Influensa ini terjadi secara alami antar burung – burung. Virus Influensa A (H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia. Masa inkubasi pada manusia 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari. Gejala sama dengan gejala flu pada umumnya. Perjalanan penyakit ke arah berat cepat sekali terjadi. Saat ini belum ada vaksin yang melindungi manusia darii virus H5N1 tetapi ada juga yang menyatakan bahwa oseltamivir dapat digunakan sebagai pencegahan. Penatalaksanaan pasien harus istirahat, peningkatan daya tahan tubuh atau immunomodulator, obat antivirus, antibotika, respiratory care. Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kristina et al. 2004. Flu Burung dalam Kajian Masalah Kesehatan. Departemen Kesehatan, Jakarta.
2. Judarwanto, W. 2005. Penatalaksanan Flu Burung Pada Manusia. Dexa Medica, Jakarta.
3. Anonim. 2005. Recent Avian Influenza Outbreak in Asia. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society.
4. Anonim. 2005. Waspada Flu Burung? Pusat Pelayanan Informasi Dept. Kominfo RI, Jakarta.
5. Priyanti, S. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Influensa Burung pada Manusia. FK UI, Jakarta.
6. Anonim, 2005. Apa itu Avian Influenza (Flu Burung)?.
7. Ungchusak, K, et al. 2005. Avian Influenza and Pandemics-Research Needs and Opportunities. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society
8. Hien, TT et al. 2004. Avian Influenza-A Challenge to Global Health Care Structures. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society
9. Stephenson, I et al. 2001. Influenza: Vaccination and Teratment. Eur Respir J.
10. Anonim. 2005. Avian Influenza.Southeast Poultry Research Laboratory, Athens, GA
11. Srijadi. 2005. Flu Burung (Avian Flu) di Indonesia?
12. Anonim. 2004. Avian Influenza- Fact Sheet. 1
3. Anonim. 2005. Key Facts About Avian Influenza (Bird Flu) and Avian Influenza A (H5N1) Virus.
14. Jacob, G.D. 1998. Avian Influenza in Poultry. IFAS Extension University of Florida.
15. Anonim. 2005. Flu Burung.
16. Ngurah, G. 2005. Pandemi Flu Burung : Menghitung Hari! FK Hewan Universitas Udayana, Denpasar.
17. Beigel, J 2005. Avian Influenza A (H5N1) Infection in Humans. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society.
18. Ungchusak, K, et al. 2005. Probable Person to Person Transmission of Avian Influenza A (H5N1). N Engl J Med, Massachusetts Medical Society.
19. Anonim. 2005. Avian Influenza Protecting Poultry Workers at Risk. Safety and Health Information Bulletin. U.S. Dept. of Labor, Washington.
20. Chotpitayasunondh, T et al. 2005. Human Disease from Influenza A (H5N1), Thailand, 2004. Queen Sirikit National Institute of Child Health, Bangkok
21. Hien, TT et al. 2004. Avian Influenza A (H5N1) in Patients in Vietnam. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society
22. De Jong, MD et al. 2005. Fatal Avian Influenza A (H5N1) in Child Presenting with Diarrhea Followed by Coma. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society 2
3. Anonim. 2005. Avian Influenza
24. De Jong, MD et al. 2005. Fatal Avian Influenza A (H5N1). Journal Clin Virol. Ho Chi Minh City 25. Moscona, A. 2005. Neuraminidase Inhibitors for Influenza. N Engl J Med, Massachusetts Medical Society.

0 komentar:

EBOOK GRATIS

”buku ”buku ”buku ”diagnosis ”buku

Entri Populer