Bahaya Diabetes Gestasional pada Wanita Hamil
Ditulis 19 Januari 2009
Wanita hamil yang belum pernah menyandang diabetes sebelumnya, tetapi memiliki kadar glukosa darah yang tinggi selama kehamilan berarti menderita diabetes gestasional. Diabetes gestasional mempengaruhi sekitar 4% dari seluruh wanita hamil di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 135.000 kasus setiap tahunnya.
Penyebab diabetes gestasional tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa petunjuk. Plasenta pada ibu hamil berfungsi menyokong pertumbuhan janin dan hormon-hormon yang dihasilkan dari plasenta membantu perkembangan janin. Namun, hormon-hormon tersebut juga menghambat kerja insulin yang dimiliki ibu. Hal itu disebut sebagai resistansi insulin. Keadaan resistansi insulin akan menyulitkan penggunaan insulin bagi tubuh ibu sehingga ibu membutuhkan insulin hingga tiga kali lebih banyak.
Diabetes gestasional dimulai saat tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan semua insulin yang dibutuhkan pada kehamilan. Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat diubah menjadi energi sehingga akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Diabetes gestasional mempengaruhi ibu pada akhir kehamilan setelah tubuh janin terbentuk, tetapi masih dalam tahap pertumbuhan. Oleh karena itu, diabetes gestasional tidak menyebabkan cacat pada bayi yang kadang-kadang muncul pada ibu dengan diabetes sebelum kehamilan.
Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak ditata laksana atau tidak terkontrol dapat membahayakan janin dalam kandungan. Saat mengalami diabetes gestasional, pankreas ibu akan bekerja keras untuk memproduksi insulin, tetapi insulin tersebut tidak menurunkan kadar glukosa darah ibu. Walaupun insulin tidak dapat melewati plasenta, tetapi glukosa serta nutrisi lain dapat melewatinya. Akibatnya kadar glukosa darah yang berlebihan tersebut akan melalui plasenta dan menyebabkan kadar glukosa darah janin pun ikut tinggi. Kadar glukosa darah janin yang tinggi akan menyebabkan pankreas janin memproduksi insulin ekstra untuk menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena janin mendapatkan energi lebih dari yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang, energi ekstra akan disimpan sebagai lemak.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan makrosomia yang akan menimbulkan cedera pada bahu bayi saat dilahirkan. Oleh karena pankreas janin memproduksi insulin ekstra, maka saat lahir bayi akan memiliki kadar glukosa darah yang sangat rendah serta memiliki risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi. Bayi dengan insulin berlebihan menjadi anak yang berisiko untuk obesitas (berat badan berlebihan) dan saat dewasa berisiko menjadi diabetes tipe 2.
Oleh karena diabetes gestasional dapat membahayakan ibu dan janinnya, ibu sebaiknya memulai tata laksana secara cepat. Tata laksana diabetes gestasional bertujuan untuk menjaga kadar gukosa darah sama dengan wanita hamil tanpa diabetes gestasional. Tata laksana diabetes gestasional meliputi pengaturan makanan dan aktivitas fisik. Selain itu, tata laksana juga mencakup tes glukosa darah harian dan penyuntikan insulin. Keuntungan lain tata laksana diabetes gestasional bagi ibu adalah menurunkan risiko bedah caesar akibat ukuran bayi yang terlalu besar. Jadi, tata laksana diabetes gestasional akan memberikan kehamilan dan kelahiran yang sehat serta menghindari bayi dari kesehatan yang buruk di masa yang akan datang.
Diabetes gestasional biasanya hilang setelah kehamilan. Namun, sekali saja ibu menderita diabetes gestasional, kemungkinan hal tersebut akan berulang di kehamilan berikutnya adalah sekitar 60%. Banyak wanita yang menderita diabetes gestasional akan berkembang menjadi diabetes tipe 2 setelah beberapa tahun. Namun, perubahan gaya hidup dapat membantu mencegah diabetes setelah diabetes gestasional. Perubahan gaya hidup meliputi penurunan berat badan, pengaturan pola makan, serta aktivitas fisik.
Diabetes gestasional dimulai saat tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan semua insulin yang dibutuhkan pada kehamilan. Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat diubah menjadi energi sehingga akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Diabetes gestasional mempengaruhi ibu pada akhir kehamilan setelah tubuh janin terbentuk, tetapi masih dalam tahap pertumbuhan. Oleh karena itu, diabetes gestasional tidak menyebabkan cacat pada bayi yang kadang-kadang muncul pada ibu dengan diabetes sebelum kehamilan.
Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak ditata laksana atau tidak terkontrol dapat membahayakan janin dalam kandungan. Saat mengalami diabetes gestasional, pankreas ibu akan bekerja keras untuk memproduksi insulin, tetapi insulin tersebut tidak menurunkan kadar glukosa darah ibu. Walaupun insulin tidak dapat melewati plasenta, tetapi glukosa serta nutrisi lain dapat melewatinya. Akibatnya kadar glukosa darah yang berlebihan tersebut akan melalui plasenta dan menyebabkan kadar glukosa darah janin pun ikut tinggi. Kadar glukosa darah janin yang tinggi akan menyebabkan pankreas janin memproduksi insulin ekstra untuk menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena janin mendapatkan energi lebih dari yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang, energi ekstra akan disimpan sebagai lemak.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan makrosomia yang akan menimbulkan cedera pada bahu bayi saat dilahirkan. Oleh karena pankreas janin memproduksi insulin ekstra, maka saat lahir bayi akan memiliki kadar glukosa darah yang sangat rendah serta memiliki risiko gangguan pernapasan yang lebih tinggi. Bayi dengan insulin berlebihan menjadi anak yang berisiko untuk obesitas (berat badan berlebihan) dan saat dewasa berisiko menjadi diabetes tipe 2.
Oleh karena diabetes gestasional dapat membahayakan ibu dan janinnya, ibu sebaiknya memulai tata laksana secara cepat. Tata laksana diabetes gestasional bertujuan untuk menjaga kadar gukosa darah sama dengan wanita hamil tanpa diabetes gestasional. Tata laksana diabetes gestasional meliputi pengaturan makanan dan aktivitas fisik. Selain itu, tata laksana juga mencakup tes glukosa darah harian dan penyuntikan insulin. Keuntungan lain tata laksana diabetes gestasional bagi ibu adalah menurunkan risiko bedah caesar akibat ukuran bayi yang terlalu besar. Jadi, tata laksana diabetes gestasional akan memberikan kehamilan dan kelahiran yang sehat serta menghindari bayi dari kesehatan yang buruk di masa yang akan datang.
Diabetes gestasional biasanya hilang setelah kehamilan. Namun, sekali saja ibu menderita diabetes gestasional, kemungkinan hal tersebut akan berulang di kehamilan berikutnya adalah sekitar 60%. Banyak wanita yang menderita diabetes gestasional akan berkembang menjadi diabetes tipe 2 setelah beberapa tahun. Namun, perubahan gaya hidup dapat membantu mencegah diabetes setelah diabetes gestasional. Perubahan gaya hidup meliputi penurunan berat badan, pengaturan pola makan, serta aktivitas fisik.
0 komentar:
Posting Komentar